Penentuan Musim Menggunakan Kriteria Curah Hujan

id BMKG

Penentuan Musim Menggunakan Kriteria Curah Hujan

Prakirawan BMKG Kupang Ni Putu Nonik Prianti

Penentuan musim hujan dan musim kemarau selalu menggunakan kriteria banyaknya curah hujan setiap dasarian.
Kupang (Antara NTT) - Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kupang Ni Putu Nonik Prianti mengatakan, penentuan musim hujan dan musim kemarau selalu menggunakan kriteria banyaknya curah hujan setiap dasarian.

"Dalam menentukan musim hujan dan musim kemarau, BMKG menggunakan kriteria banyaknya curah hujan setiap dasarian (sepuluh hari), dimana dalam sebulan dibagi menjadi tiga dasarian, yaitu dasarian I dari tanggal 1-10 bulan tersebut, dasarian II tanggal 11-20, dan dasarian III tanggal 21 sampai dengan akhir bulan," kata Ni Putu Nonik Prianti kepada Antara di Kupang, Selasa, terkait penentuan curah hujan.

Dia menjelaskan, awal musim kemarau, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya.

Awal musim kemarau, katanya bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata tahun 1981-2010).

Sementara awal musim hujan, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya dan permulaan musim hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata tahun 1981-2010).

Namun, menurut dia, rata-rata awal musim kemarau dan rata-rata awal musim hujan merupakan kondisi klimatologis yang diperoleh dari rata-rata selama 30 tahun, sedangkan untuk kondisi tahun per tahun yang biasanya terjadi pergeseran musim seperti kondisi awal musim bisa maju, mundur, atau sama terhadap kondisi klimatologis tersebut.

Khusus untuk Kota Kupang, kata dia, berdasarkan wilayah Zona Musim (ZOM) dalam menentukan awal musim hujan tahun 2017/2018 di daerah Kota Kupang diprakirakan dimulai pada November dasarian III hingga Desember dasarian II, kata Ni Putu Nonik Prianti.

Menurut dia, informasi cuaca dari BMKG sangat bermanfaat bagi masyarakat, antara lain dalam sektor pertanian, penerbangan, perairan dan tentu saja untuk meminimalkan dampak dari bencana yang akan terjadi.

Bahkan dengan mengacu pada data curah hujan serta prakiraan musim hujan serta musim kemarau dari BMKG Kupang, masyarakat dapat melakukan berbagai persiapan menjelang musim kemarau serta musim hujan.

Pada musim kemarau misalnya, masyarakat bisa waspada terhadap kekeringan dan kebakaran lahan serta waspada terhadap bencana angin puting beliung pada penghujung musim hujan, katanya menambahkan.

Belum hujan
Ni Putu Nonik Prianti menambahkan, hujan dan mendung yang terjadi di beberapa wilayah NTT belum mengindikasikan wilayah itu telah masuk musim penghujan.

Menurut dia, hujan dan mendung dalam beberapa hari terakhir disebabkan karena Suhu Muka Laut (SST) yang tinggi (kisaran 29?C - 30?C).

Kondisi ini berarti ada potensi penambahan massa uap air di Laut Timor, Laut Flores dan Laut Sawu yang tentu saja juga didukung dari pelemahan kecepatan angin di atas wilayah NTT, yang kemudian mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah NTT.

"Memang banyak pertanyaan yang datang ke kami, apakah dengan hujan dan mendung di beberapa wilayah NTT mengindikasikan kita telah masuk musim hujan? Jawabannya tentu saja belum," katanya.