New York (ANTARA) - Dolar AS menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), menyusul lonjakan baru dalam imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) saat prospek kebangkitan ekonomi dari penguncian Virus Corona selama setahun menghidupkan kembali kekhawatiran inflasi.
Pelaku pasar semakin waspada dalam beberapa pekan terakhir bahwa stimulus fiskal besar-besaran dan permintaan konsumen yang terpendam dapat menyebabkan lonjakan inflasi, saat perluasan kampanye vaksinasi mengakhiri penguncian.
Data pada Jumat (12/3/2021) menunjukkan harga-harga produsen AS (IHP) mengalami kenaikan tahunan terbesar dalam hampir 2,5 tahun, meskipun kelesuan cukup besar di pasar tenaga kerja dapat mempersulit bisnis untuk membebankan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen.
Ekonomi AS akan mendapat suntikan besar setelah Presiden Joe Biden menandatangani rancangan undang-undang stimulus 1,9 triliun dolar AS menjadi undang-undang pada Kamis (11/3/2021) dan mendesak negara-negara bagian AS untuk membuat semua orang dewasa mendapatkan vaksin Virus Corona pada 1 Mei.
Aksi jual di obligasi pemerintah semalam berlanjut ke sesi AS, dengan imbal hasil pada obligasi AS 10-tahun yang dijadikan acuan, mencapai tertinggi baru satu tahun di 1,6420 persen, dibantu oleh optimisme seputar prospek ekonomi AS.
Dolar menguat 0,25 persen pada 91,668 terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, meninggalkannya di jalur untuk mengakhiri minggu dengan sedikit lebih rendah.
Greenback mencapai tertinggi intraday 92,506 ketika imbal hasil melonjak pada Selasa (9/3/2021), merupakan yang terkuat sejak November, tetapi mencatat penurunan tiga hari berturut-turut ketika imbal hasil relatif stabil.
"Imbal hasil obligasi berada dalam tren naik yang sangat kuat dan dengan angka indeks harga produsen yang lebih tinggi dari konsensus, itu berkontribusi pada kenaikan," kata Direktur Pelaksana di BK Asset Management, Kathy Lien.
“Itu sangat positif untuk dolar, karena greenback telah mengambil isyarat dari imbal hasil dan tingkat tertinggi baru ini benar-benar mendorong lebih banyak permintaan untuk greenback, terutama pada saat Anda memiliki ECB yang mempercepat pembelian obligasi dan menjadi sedikit lebih dovish," kata dia.
Bank Sentral Eropa mengatakan pada Kamis (11/3/2021) bahwa pihaknya akan meningkatkan kecepatan pencetakan uangnya untuk mencegah kenaikan imbal hasil obligasi zona euro guna mendukung pemulihan ekonomi.
Meskipun euro turun 0,3 persen menjadi 1,19505 dolar AS, mata uang tunggal Eropa itu membukukan keuntungan mingguan kecil.
Pedagang akan melihat pertemuan kebijakan Federal Reserve AS minggu depan untuk setiap komentar tentang kenaikan imbal hasil.
Mereka juga tertarik untuk informasi apa pun tentang berakhirnya pelonggaran sementara Fed yang akan datang dari dari "rasio leverage tambahan" (SLR), yang tampaknya menjadi bagian dari alasan di balik penjualan obligasi, kata Ddirektur dan Kepala Strategi Valas Exchange Bank of Canada, Erik Bregar.
SLR mengarahkan bank-bank besar untuk menahan lebih banyak modal terhadap aset mereka. April lalu, The Fed melonggarkan aturan dengan mengecualikan investasi tertentu, termasuk obligasi pemerintah, dari penghitungan leverage utama dalam upaya meningkatkan likuiditas pasar ketika ekonomi mengalami krisis akibat penutupan virus corona. Sejauh ini belum ada kabar dari The Fed tentang kemungkinan perpanjangan.
“Diler- diler utama melepaskan obligasi karena pengecualian ini mungkin tidak diperpanjang pada akhir Maret,” kata Bregar.
Mata uang berisiko melepaskan kembali beberapa keuntungan baru-baru ini pada Jumat (12/3/2021). Dolar Australia - yang dipandang sebagai proksi likuid untuk selera risiko - turun 0,35 persen menjadi 0,77595 terhadap dolar AS. Dolar Selandia Baru turun 0,68 persen terhadap greenback di 0,7178.
Dolar-yen naik sekitar 0,52 persen, berpindah tangan pada 109,050 yen, mendekati 109,235 yen yang dicapai pada Selasa (9/3/2021), yang merupakan yen terlemah sejak Juni 2020.
Di tempat lain, bitcoin turun 1,1 persen menjadi 57.150,97 dolar AS, mendekati rekor tertinggi baru-baru ini di 58.354,14 dolar AS.
Baca juga: Dolar terendah satu minggu saat optimisme angkat aset berisiko
Baca juga: Data inflasi melemah, emas naik 2,9 dolar