artikel- Upaya HPI Sikka dalam mengembangkan desa wisata

id HPI, NTT, Kota Kupang,Pariwisata berkelanjutan

artikel- Upaya HPI Sikka dalam mengembangkan desa wisata

Desa Wisata di Koda Joi, Kabupaten Sikka. ANTARA/HO-BPOLBF

"Sebenarnya ini merupakan salah satu potensi daya tarik. Dan kita mengajak wisatawan untuk belajar soal itu. Otomatis, masa tinggal atau kunjungannya juga bisa lebih lama
Kupang (ANTARA) - Destinasi Pariwisata berbasis alam, bahari dan budaya tidak hanya terdapat di Labuan Bajo saja, beberapa daerah di Pulau Flores pun memiliki tujuan wisata yang tidak kalah eksotis dibanding Labuan Bajo atau Manggarai Barat, salah satunya Destinasi Wisata di Kabupaten Sikka.

Di kabupaten ini, berbagai destinasi seperti alam, bahari, religi maupun budaya sering di kunjungi baik oleh wisatawan lokal, nusantara, maupun mancanegaraMisalnya wisata Kolam Air Panas Blidit di Desa Egon, Pantai Koka di Desa Wolowiro, Pusat Kerajinan Tenun di Desa Uma Uta, Gereja Tua Sikka di Kampung Sikka dan masih banyak lagi destinasi yang menarik untuk dikunjungi.

Namun, sistem pengelolaan pada hampir semua destinasi wisata yang ada masih belum secara optimal dikembangkan. Berbagai kendala seperti kualitas SDM, kurangnya kolaborasi diantara stakeholder hinggah kurangnya keterlibatan masyarakat membuat destinasi-destinasi wisata ini belum mampu menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung.

Berbagai kendala ini disampaikan dalam kegiatan pelatihan 'Training of Trainers'. Tata Kelola Destinasi Pariwisata yang difasilitasi oleh Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) bagi Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Cabang Sikka.

"Melihat potensi yang ada di sekitar Kabupaten Sikka, ada beberapa desa yang bisa dikembangkan menjadi desa wisata. Salah satu contohnya di Desa Uma Uta. Di sana pusat kerajinan tenun ikat, cuman selama ini tamu datang hanya untuk melihat pentas tarian dan membeli tenun setelah itu pergi. Tapi tidak diperkenalkan cara pembuatan tenun tersebut." Ujar Yohanes Yanianus Japi, salah seorang peserta pelatihan.

Yohanes menjelaskan untuk mewujudkan sebuah desa wisata yang berkualitas, sebuah desa wisata harus memiliki sesuatu yang mampu menarik perhatian wisatawan untuk menghabiskan waktu kunjungannya lebih lama pada suatu destinasi wisata.

Ciri desa wisata itu yakni terdapat sesuatu yang unik dan mampu melibatkan masyarakat. Kawasan wisata di Uma Uta diinginkan untuk dibuat sesuatu yang membuat menarik dan ingin berlama lama-lama di situ.

Wisatawanpun bisa diajak ke hutan, mencari bahan-bahan pewarna alami yang nanti akan digunakan terus memprosesnya sampai menghasilkan sebuah kain. "Sebenarnya ini merupakan salah satu potensi daya tarik. Dan kita mengajak wisatawan untuk belajar soal itu. Otomatis, masa tinggal atau kunjungannya juga bisa lebih lama" katanya.

Cara itu juga bisa menjadi salah satu cara meningkatan angka lama kunjungan wisatawan di Kabupaten Sikka yang menurut data Travel Tourism Competitiveness Index (TTCI) tahun 2020 yang disampaikan Direktur Utama BPOLBF Shana Fatina, lama tinggal wisatawan di Sikka ini hanya 2 hari.

Baca juga: BOPLBF : Perlu libatkan semua pihak bangun pariwisata Labuan Bajo

Tidak hanya Yohanes, peserta lainnya, Vinsentius Sales mengungkapkan dari jumlah 26 desa wisata yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaaten Sikka, hampir semua desa belum memiliki kriteria yang sesuai standar untuk menjadi sebuah desa wisata.

Ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk membentuk sebuah desa wisata. Kemudian soal desa wisata harus dipastikan keberlanjutannya, masyarakatnya diberdayakan.

Tentunya hal itu bisa membuat anak muda untuk tidak merantau ke kalimantan atau ke Malaysia untuk bekerja di kelapa sawit, karena di desa potensi wisatanya bisa banyak memberikan untungan.

Saat ini banyak gapura desa atau pintu masuk ke desa yang bertuliskan desa wisata namun saat dikunjungi wisatawan tidak tersedianya sesuatu yang menarik perhatian wisatawan.

Keterlibatan semua komponen

Pembentukan sebuah desa wisata juga harus melibatkan semua komponen yang ada, baik Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, Bumdes, Pokdarwis, hingga Warga Masyarakat.

Hal ini penting, karena jika tidak hanya ada satu komponen saja yang bekerja hal ini tidak akan maksimal dalam mendukung pariwisata yang berkelanjutan untuk mendukung Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas.

Baik Yohanes maupun Vinsentius serta semua Anggota HPI Sikka melalui pelatihan ini memiliki komitmen untuk menjadi influencer bagi warga masyarakat untuk memulai mengembangkan setiap potensi yang ada di desa.

Kabupaten Sikka sebenarnya merupakan daerah yang unik, baik itu unik budayanya serta unik warganya. Seharusnya potensi yang ada di Sikka itu bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan desa wisata dan dapat melebihi Bali.

Anggota DPP HPI I Mangku Nyoman Kandia menilai bahwa kunci desa wisata itu ada dua, keunikan dan partisipasi masyarakat lokal.

Minimal masyarakat di desa wisata menjadi the agent of change, yang artinya dapat melakukan sesuatu perubahan, tanpa harus menyalahkan agar bisa berbuat sesuatu.

Baca juga: Pramuwisata di Sikka NTT ikuti latihan kelola destinasi pariwisata dukung wisata berkelanjutan
Baca juga: Nama BOPLBF berubah jadi BPOLBF


Masyarakat desa diharapkan bisa menjadi garda terdepan untuk menumbuhkan perekonomian desa dengan mengembangkan desa wisata.

"Minimal mereka membina desa-desa secara tulus dan mencintai desa. Harapan saya mereka mengerti berapa penting nya desa itu. Karena kita lahir di desa, bahan makan dari desa, udara segar di desa, buah-buahan dari desa, terus kenapa kita harus tinggalkan desa? ," ucap Ketua BUMDes Bersama Gianyar Aman tersebut.

BPOLBF tahun lalu sudah lakukan penghitungan Travel Tourism dan Competitivenes Index (TTCI) di Flores. Untuk Kabupaten Sikka itu indeksnya 2. Indeks ini tidak berbeda jauh dengan kabupaten Manggarai Barat yang 2.1, atau tingkat Nasional 4,2. Sedangkan kabupaten lain di NTT berada di kisaran 1,5 hingga 1,7. Indikatornya itu adalah produk pariwisata, infrastruktur, lingkungan dan lain sebagainya.

"Tantangan kita adalah bagaimana untuk menaikkan angka itu menjadi 4,2 atau lebih dari itu. Dan dengan antusias seperti ini merupakan modal yang luar biasa karena kita tau bahwa pariwisata itu adalah semuanya. Bagaimana membangun interaksi sosial bersama wisatawan dan membangun persaudaraan dan modal utamanya adalah SDM" Ujar Shana Fatina.