Kapal Untuk Nelayan NTT Tonasenya Kecil

id kapal

"Hasil tangkapan nelayan tentu sangat terbatas dengan kapal-kapal bantuan pemerintah yang umumnya berukuran di bawah 10 GT, apalagi dengan perahu ketinting," kata Wahid Wham Nurdin.
Kupang (Antara NTT) - Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Nusa Tenggara Timur Wahid Wham Nurdin mengatakan bantuan kapal untuk para nelayan di wilayah provinsi berbasis kepulauan ini umumnya bertonase kecil, sehingga hasil tangkapannya pun tidak maksimal.

"Hasil tangkapan nelayan tentu sangat terbatas dengan kapal-kapal bantuan pemerintah yang umumnya berukuran di bawah 10 GT, apalagi dengan perahu ketinting," kata Wahid Wham Nurdin saat dihubungi Antara di Kupang, Jumat.

Ia mengatakan hal itu menanggapi pemanafaatan potensi hasil laut yang disampaikan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi yang baru mencapai 40 persen dari potensi yang ada di provinsi dengan luas wilayah laut mencapai 200.000 kilometer persegi itu.

Wham Nurdin mencontohkan, alokasi bantuan kapal dari pemerintah provinsi melalui APBD 2017 lalu berupa kapal nelayan berukuran 3 GT sebanyak 65 unit serta perahu ketinting 195 unit.

Selain itu, dalam Rencana APBD 2018 telah diusulkan pula alokasi tambahan bantuan berupa 300 kapal nelayan di antaranya 200 unit perahu ketinting dan kapal 3 GT sebanyak 100 unit, masing-masing dilengkapi alat tangkap ramah lingkungan berupa gill net dan Global Positioning System (GPS).

Wham Nurdin yang merupakan nelayan yang berbasis di TPI Tenau Kupang itu mengakui bantuan kapal itu memang disesuaikan dengan kondisi nelayan di provinsi berbasiskan kepulauan yang pada umumnya merupakan nelayan kecil atau tradisional.

Namun, menurutnya, dengan kapal-kapal GT kecil atau perahu ketinting membuat tingkat ekploitasi hasil laut tidak maksimal karena hanya efektif beroperasi di pesisir atau perairan dekat.

"Kapal-kapal kecil atau perahu ketinting itu paling hanya menjangkaui di bawah 4 mil, belum lagi kapasitas muat muat juga terbatas apalagi harus memuat lagi es, umpan, dan lainnya," katanya.

"Sementara hasil laut yang melimpah itu di perairan dalam yang tidak biaa dijangkau dengan kapal-kapal di atas 10 GT yang jumlahnya di NTT masih jauh lebih sedikit," katanya.

Menurutnya, jika pemerintah setempat ingin memaksimalkan pemanfaatan hasil laut maka meski memperkuat bantuan berupa kapal besar besar (di atas 10 GT) untuk para nelayan.

Artinya setiap alokasi bantuan disertakan pula dengan kapal-kapal nelayan yang berkapasitas besar, meskipun secara bertahap namun nelayan mulai memanfaatkan untuk meningkatkan hasil tangkapan.

"Karena kalau mengandalkan kapal kecil maka hasil tangkapan paling untuk kebutuhan rumah tangganya, tapi kalau untuk dipasarkan masih sangat kecil keuntungan yang didapat," katanya.

Lebih lanjut, Wham Nurdin mengapresiasi setiap alokasi bantuan pemerintah yang dilengkapi pula dengan berbagai alat tangkap ramah lingkungan seperti pancing ulur dan dasar, gill net maupun navigasi.

Alat tangkap itu, lanjutnya, dirasakan sudah memberikan manfaat besar bagi kelestarian ekosistem laut sehingga hasilnya bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan.

"Kami mendukung alokasi bantuan alat tangkap ramah lingkungan seperti ini untuk menjaga laut kita, namun agar nelayan kita bisa berkembang pesat menjadi nelayan besar maka kami berharap bantuannya diperkuat," katanya.