Kupang (ANTARA) - Di ujung haluan, seorang anak buah kapal berdiri tegak memegang temali sembari memperhatikan dengan cermat segala yang ada didepannya. Sesekali ia mengayunkan tangannya keatas dan kebawah sebagai isyarat kepada kapten untuk memperlambat laju kapal. Bunyi mesin yang memekakkan telinga perlahan mereda.
Sebentar lagi kapal akan bersandar. Seorang ABK yang lain tengah bersiap melepas jangkar di buritan. Permukaan air laut tampak baru memulai titik pasangnya ketika tali kapal telah ditambatkan dengan sempurna di dermaga kayu Pulau Papagarang.
Dari kejauhan, rumah-rumah khas kampung nelayan berdiri kokoh disepanjang garis pantai dengan latar belakang perbukitan terbuka yang didominasi bukit berwarna coklat. Tampak pada beberapa bagian sisinya tumbuh pephonan hijau yang rimbun, dan sebagian lainnya diselimuti rumput savana. Air laut yang jernih dengan visibilitas yang sangat baik menjadi kesan pertama yang membuat jatuh cinta pada tempat ini. Terumbu karang dan ikan warna warni terlihat sangat jelas dari permukaan.
Pulau Papagarang merupakan daerah lintasan kapal-kapal wisata ketika hendak berkunjung ke Pulau Komodo. Secara administratif, Pulau ini masuk dalam wilayah Kawasan Taman Nasional Komodo bersama Kampung Komodo, Kampung Rinca, dan Kampung Kerora sebagai pulau berpenghuni. Hanya terdapat satu desa disini yakni Desa Papagarang.
Mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan. Oleh karena itu, ketika hendak memasuki area dermaga pulau ini, terdapat banyak sekali kapal nelayan tradisional dengan bentuk yang khas berlabuh disini. Walaupun berada dalam Kawasan TNK, hewan Komodo tidak hidup di pulau ini.
Sejatinya, nama Papagarang bukanlah nama asli pulau ini. Nama ini terbentuk dari kesalahan artikulasi penyebutan ‘Panggaramang’ yang menjadi aktivitas keseharian warga kampung nelayan. Orang dulu mengenalnya dengan sebutan Pulau Keramat yang merujuk pada Bukit Keramat yang ada di tengah pulau tersebut. Setelah orang-orang datang dan bermukim, pulau ini dijadikan tempat untuk penggaraman dan menjemur ikan.
Nuansa kampung nelayan yang kental menjadi daya tarik utama Desa Papagarang mulai dari arsitektur bangunan hingga aktivitas kehidupan sosial masyarakat. Pulau ini juga didukung dengan lanskap panorama yang indah serta pesona laut yang menawan. Desa Papagarang mayoritas dihuni oleh orang Suku Bajo dan beberapa suku lainnya seperti Suku Bima, Bugis, dan Manggarai.
Secara umum, rumah-rumah khas kampung pesisir ini berbentuk rumah panggung. Lantai bagian atas digunakan untuk tempat tinggal dan lantai bagian bawahnya digunakan untuk menyimpan peralatan nelayan. Kolong rumah juga dijadikan tempat untuk beraktivitas seperti menjahit jaring ataupun mengolah hasil tangkapan.
Struktur rumah bagian atas meliputi beranda depan, ruang tamu, kamar tidur dan dapur dibagian belakangnya. Dalam Kawasan pemukiman ini, tak jarang juga dijumpai rumah-rumah yang telah mengadaptasi arsitektur modern dengan ciri khas menggunakan dinding tembok.
Setiap pagi, seringkali dijumpai sekelompok perempuan melakukan aktivitas jemur ikan diatas ’papara’ di depan rumah ataupun di area tanah lapang yang lokasinya tidak jauh dari kantor desa. Sementara di pesisir pantai, dapat dijumpai nelayan-nelayan yang sedang memperbaiki kapal seperti membuat katir perahu, membersihkan tiram yang menempel di badan kapal, hingga pengecatan.
Sepanjang hari, aktivitas kampung nelayan di Desa Papagarang dapat dijumpai sembari berjalan menyusuri Lorong-lorong kampung. Kapal tangkap yang digunakan oleh masyarakat nelayan Pulau Papagarang secara umum berjenis ‘Kapal Bagang’. Kapal ini memiliki bentuk yang khas dengan sayap dibagian kiri dan kanannya sebagai tempat utama untuk menjaring. Secara semiotika, Kapal Bagang ini merupakan karakteristik Desa Papagarang sebagai Kampung Nelayan yang kuat.
Mengeksplorasi lebih jauh pulau ini, disisi timur terdapat Kawasan Hutan Bakau yang ditanam dan dikembangkan oleh masyarakat setempat. Sementara disisi baratnya terdapat pantai pasir putih yang bisa dinikmati untuk melakukan aktivitas snorkeling. Pada sisi tengah, terdapat jalur trekking dari dermaga menuju titik tringulasi bukit untuk melihat pemandangan pemukiman perkampungan dengan latar belakang laut lepas yang mempesona. Warga setempat menyebutnya Busan yang merupakan akronim dari Bukit Santai.
Baca juga: Floratama Academy diharapkan mampu dorong kaum muda gerekan parekraf
Dari atas bukit ini, tampak sangat jelas kuba masjid Babussalam yang menjadi gerbang masuk kampung dan dermaga utama. Saat ini, Desa Papagarang terpilih menjadi salah satu Desa Wisata oleh Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) bersama 29 Desa Wisata lainnya yang ada di Flores, Lembata, Alor, dan Bima (Floratama)
Baca juga: Menparekraf apresiasi BPOLBF dorong pelaku usaha Floratama
Mengunjungi Pulau Papagarang dapat dilakukan dari Pelabuhan Labuan Bajo dengan menggunakan kapal lokal. Waktu tempuhnya sekisar satu jam tiga puluh menit.
Dari Desa tersebut, terdapat jadwal kapal warga yang secara bergantian setiap hari melakukan perjalanan ke Labuan Bajo. Orang-orang menyebutnya kapal ojek. Biasanya berangkat dari Pulau Papagarang saat pagi hari dan Kembali saat sore hari memuat penumpang dan barang belanjaan warga. **Catatan perjalanan Humas BPOLBF
Ikuti petualangan ke Desa Wisata Papagarang
...Pulau Papagarang merupakan daerah lintasan kapal-kapal wisata ketika hendak berkunjung ke Pulau Komodo