NTT butuh feri bertonase minimal 2.500 GT

id FERI

NTT butuh feri bertonase minimal 2.500 GT

NTT butuhkan kapal feri berkapasitan 2.500 GT agar bisa melayani masyarakat kepulauan saat cuaca buruk. (ANTARA Foto)

"Untuk kelancaran aktivitas penyeberangan di daerah ini saat cuaca buruk, butuh kapal-kapal feri bertonase minimal 2.500 GT," kata Burhan Zahim.
Kupang (AntaraNews NTT) - General Manager PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Kupang Burhan Zahim, mengatakan provinsi setempat membutuh kapal feri berotonase minimal 2.500 GT agar bisa lancar melayani penyeberangan antarpulau saat cuaca buruk.

"Untuk kelancaran aktivitas penyeberangan di daerah ini saat cuaca buruk, butuh kapal-kapal feri bertonase minimal 2.500 GT," kata Burhan Zahim saat dihubungi Antara di Kupang, Senin.

Ia mengatakan hal itu menanggapi upaya Komisi V DPR RI yang memperjuangkan alokasi bantuan kapal feri berbobot minimal 1.000 GT untuk melayani masyarakat di Nusa Tenggara Timur.

Sebelumnya, Ketua Komisi V DPR RI Fahry Djemi Francis mengatakan, NTT membutuhkan kapal-kapal feri bertonase besar di atas 1.000 GT sehingga bisa melayani penyeberangan antarpulau pada kondisi cuaca buruk.

"Ini yang juga terus kami perjuangkan dan saya kira untuk pengadaan tiga unit kapal feri yang terahir untuk NTT itu berkasitas 1.000 GT ke atas," katanya saat dihubungi Antara secara terpisah dari Kupang.

Burhan Zahim mengaku pihaknya sangat mendukung upaya pengadaan armada feri bertonase besar untuk daerah setempat yang selalu dilanda cuaca buruk setiap tahun.

Bahkan menurutnya, jika memungkinkan maka alokasi bantuan kapal feri bertonase minimal 2.500 GT hingga 3.000 GT sehingga pelayaran bisa dilakukan dengan leluasa saat cuaca buruk.

"Dengam ukuran kapal seperti ini maka kondisi gelombang mencapai tiga sampai empat meter masih bisa berlayar," katanya.

Menurutnya, kapal-kapal feri bertonase besar sangat dibutuhkan daerah setempat untuk menjawab persoalan yang dihadapi masyarakat setempat akibat layanan feri yang tidak maskimal saat tiba musim cuaca buruk.

"Memang dengan kapal bertonase besar belum 100 persen menyelesaikan persoalan yang dihadapi, tapi minimal masyarakat bisa dilayani dengan lancar saat cuaca buruk," katanya.

Di sisi lain, lanjutnya, pengadaan kapal-kapal bertonase besar seperti itu perlu sejalan dengan perbaikan kapasitas dermaga-dermaga persinggahan di provinsi setempat.

Ia menjelaskan, saat ini kapasitas dermaga yang menyebar di provinsi itu memiliki daya tampung maksimal untuk kapal berbobot 2.000 GT.

"Lebih dari itu tidak bisa, kapasitas kita yang ada saat ini hanya untuk maksimal 2.000 GT, itu pun dengan posisi menyamping saat bersandar," katanya.