Nilai ekspor kopi Bajawa anjlok

id KOPI

Nilai ekspor kopi Bajawa anjlok

Kopi Arabika Flores Bajawa (AFB) (ANTARA Foto/dok)

Nilai ekspor kopi Arabika Flores Bajawa (AFB) dari Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur sepanjang tahun 2017 anjlok hingga ke posisi Rp570,7 juta jika dibanding tahun 2016 yang mencapai Rp10,5 miliar.
Kupang (AntaraNews NTT) - Nilai ekspor kopi Arabika Flores Bajawa (AFB) dari Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur sepanjang tahun 2017 anjlok hingga ke posisi Rp570,7 juta jika dibanding tahun 2016 yang mencapai Rp10,5 miliar.

"Kondisi ini tidak terlepas dari rendahnya produksi kopi AFB sebagai dampak dari perubahan iklim," kata Kepala Dinas Pertanian Nusa Tenggara Timur Yohanis Tay Ruba kepada Antara di Kupang, Jumat.

Ia mengatakan lebih dari 15 tahun terakhir, kopi yang tumbuh di dataran tinggi Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur itu, rutin diekspor ke sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat dengan brand Arabika Flores Bajawa (AFB).

Pada tahun 2015, misalnya, nilai ekspor kopi AFB hanya mencapai Rp8,2 miliar, namun pada 2016 naik menjadi Rp10,5 miliar.

Kementerian Hukum dan HAM juga memberikan sertifikasi Indikasi Geografis (IG) Kopi Arabika Flores Bajawa pada 2015 yang bertujuan menjamin keberlanjutan komoditas tersebut.

Baca juga: Minat kopi Arabika Flores Manggarai sangat tinggi
. Kopi Arabika Flores Bajawa (AFB) (ANTARA Foto/dok) 

Menurut Yohanis, faktor lain yang ikut mempengaruhi turunnya nilai ekspor adalah angin kencang dan La Nina yang terjadi pada fase pembungaan membuat bunga kopi berguguran, sehingga berdampak pada tingkat produksi.

"Rendahnya produksi kopi juga tentu berdampak terhadap menurunnya nilai ekspor," katanya tanpa merinci produksi yang dihasilkan dari AFB tersebut.

Dia menjelaskan, produktivitas normal tanaman kopi AFB di Kabupaten Ngada mencapai 2 - 3 ton per hektare dari luas arena tanam sekitar 5.891 hektare.

Namun, sejak muncul La Nina pada tahun 2017, produksi kopi berkurang menjadi 0,8 ton per hektare.

Faktor lain yang berdampak terhadap penurunan produksi, tambah Yohanes, petani belum menerapkan pedoman bercocok tanam kopi yang baik serta penggunaan lahan tanam yang tidak unggul.

Menurutnya, perkebunan kopi di Bajawa adalah perkebunan kopi rakyat yang diusahakan secara turun-temurun oleh sekitar 9.063 petani.

"Kami berharap produksi kopi dalam tahun ini akan kembali normal, agar ekspor komoditas tersebut tetap stagnan dan terus meningkat," katanya.

Baca juga: Peminat Kopi Bajawa Sampai ke Mancanegara
. Kopi Arabika Flores Bajawa (AFB) (ANTARA Foto/dok)