Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membangun lima selter gempa bumi di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur yang memiliki alat sensor seismograf untuk mengukur getaran yang terjadi pada permukaan bumi.
"Manggarai Barat miliki lima selter gempa bumi yakni tiga selter yang sudah terinstal alat sensor seismograf pada tahun 2021 dan dua selter yang akan diinstal alatnya pada tahun 2022," kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Manggarai Barat Sti Nenotek di Labuan Bajo, Senin (20/12).
Sebanyak tiga selter atau bangunan untuk penempatan sensor yang telah diinstal di Manggarai Barat terletak di Kecamatan Kuwus, Kota Labuan Bajo, dan Desa Golo Mori, sedangkan dua selter lain yang telah dibangun dan akan diinstal sensor pada tahun 2022 yakni selter di Pulau Komodo dan Kecamatan Lembor.
Sti mengatakan Manggarai Barat merupakan satu-satunya kabupaten di wilayah NTT yang memiliki banyak alat sensor seismograf. Alat tersebut dibutuhkan karena wilayah Manggarai Barat yang luas dan daerah pariwisata.
Pemasangan alat deteksi gempa bumi di tiap selter ini guna merapatkan alat-alat tersebut sehingga semakin meningkatkan kecepatan dan akurasi kejadian gempa bumi. Jika alat semakin banyak, maka deteksi gempa bumi bisa diketahui dengan cepat, baik waktu kejadian, magnitudo gempa, lokasi gempa, dan informasi terkait gempa lainnya.
Saat dihubungi terpisah, Wakil Bupati (Wabup) Manggarai Barat Yulianus Weng memberikan apresiasi atas upaya BMKG dalam memberikan jaminan kenyamanan kepada masyarakat Manggarai Barat maupun wisatawan yang berkunjung.
Baca juga: BMKG: Waspadai potensi hujan deras dalam sepekan ke depan di NTT
Pemasangan berbagai alat terutama selter gempa bumi merupakan upaya mitigasi bencana dalam menjalankan protokol kenyamanan di daerah super prioritas tersebut.
Baca juga: BMKG catat 663 gempa susulan setelah gempa di Laut Flores
"Begitu ada gempa, kita sudah tahu, sehingga langkah antisipasi bisa dilakukan dengan cepat," ujar dia.
Sebagai kawasan seismik aktif, hasil monitoring BMKG menunjukkan wilayah Manggarai Barat yakni Labuan Bajo dan sekitarnya memiliki aktivitas kegempaan yang cukup tinggi yang tampak dari peta seismisitas. Berdasarkan catatan BMKG, Labuan Bajo merupakan wilayah yang rawan gempa dan tsunami baik dari aspek sumber gempa maupun aspek sejarah.
Jika merunut aspek sumber gempa, letak Labuan Bajo berdekatan dengan sumber gempa sesar naik Flores/patahan naik Flores dengan magnitudo tertarget 7,5. Selanjutnya, Manggarai Barat berdekatan dengan sumber gempa Zona Megathrust Segmen Sumba yang memiliki magnitudo tertarget 8,3.
Berdasarkan sejarah, perairan Labuan Bajo di Manggarai Barat dan Komodo pernah mengalami dua kali tsunami, yaitu pada 28 November 1836 dan 14 April 1855.