Artikel - Menanti wajah baru Bandara Mali

id MALI

Artikel - Menanti wajah baru Bandara Mali

Rencana pengembangan Bandara Mali di Kalabahi, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. (ANTARA Foto/Muh Amir Mar'uf)

Berdasarkan data yang dilansir otoritas bandara tersebut, jumlah penumpang yang datang pada 2017 mencapai 57.000 orang atau naik sekitar 11,45 persen jika dibanding dengan kondisi yang sama pada 2016.
Kalabahi (AntaraNews NTT) - Malam Arsitektur Nusantara 2018 pada 22 Juli 2018 lalu seakan membawa angin segar bagi para pemenang lomba desain arsitektur Bandara Mali di Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.

Masyarakat Alor juga tampak antusias menyambut "master plan" wajah baru Bandara Mali yang terletak di ujung Pulau Alor yang dihiasi dengan pemandangan alam yang indah itu.

Dari hasil lomba tersebut, diperoleh desain dari PT Nataneka sebagai yang terbaik. Desain yang mengusung kearifan lokal tersebut, rupanya mampu menarik hati para dewan juri. 

Tak pelak, panitia menjanjikan desain PT Nataneka sebagai master plan Bandara Mali dalam dua tahun ke depan. Wajah baru Bandara Mali akan memiliki landasan pacu yang lebib panjang serta model terminal yang modern, namun tetap mengusung kearifan lokal masyarakat Alor.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI, landasan pacu Bandara Mali saat ini hanya 1.600x30 meter, sedang apron hanya berdimensi 100x40 meter yang artinya hanya mampu menampung dua pesawat jenis ATR-27. 
Rencana pengembangan Bandara Mali di Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.
Sementara itu, untuk terminal keberangkatan hanya memiliki 80 tempat duduk dan dirasa sangat kecil, apalagi tanpa didukung fasilitas toilet. Demikian pun halnya dengan terminal kedatangan, sungguh sangat memprihatinkan. 

Ketika orang-orang turun dari pesawat, mereka hanya disediakan ruangan yang rasanya hanya mampu menampung 20 orang. Fasilitas penunjang lainnya pun sangat minim, hanya terlihat 1 mesin ATM BRI disana. 

Akses ke Kota Kalabahi pun hanya tersedia travel-travel pribadi yang harganya sangat tidak ekonomis. Maskapai yang beroperasi di Bandara Mali hanya Wings Air dan TransNusa.

Tujuan penerbangan hanya ke Bandara El Tari Kupang, pulang pergi. TransNusa akhirnya memilih menghentikan penerbangan untuk melayani rute Kupang-Kalabahi, pp sejak 1 Juni lalu.

Maskapai Susi Air yang tampak seperti seekor burung besi, sesekali beroperasi untuk melayani rute penerbangan Kalabahi-Atambua di Kabupaten Belu, pp.

Kondisi tersebut tampaknya tidak menyurutkan minat masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi udara untuk bepergian. 
Rencana pengembangan Bandara Mali di Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. 
Berdasarkan data yang dilansir otoritas bandara tersebut, jumlah penumpang yang datang pada 2017 mencapai 57.000 orang atau naik sekitar 11,45 persen jika dibanding dengan kondisi yang sama pada 2016.

Sementara penumpang yang pergi mencapai 58,4 ribu orang atau naik sekitar 14,89 persen jika dibanding kondisi yang sama pada 2016.

Jumlah penumpang terbanyak terjadi pada bulan Juli 2017 dan jumlah penumpang paling sepi terjadi pada bulan Februari 2017. 

Tingkat keterisian maskapai, secara rata-rata dari 3-4 pesawat yang berangkat dan 3-4 pesawat yang datang setiap harinya dapat terisi sekitar 65 persen untuk maskapai penerbangan TransNusa/NAM Air, sedang Wings Air mencapai sekitar 75 persen. 

Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat sangat membutuhkan jasa transportasi udara untuk bepergian, sehingga pengembangan Bandara Mali sudah menjadi sebuah kebutuhan bersama.

Transportasi udara memang sudah selayaknya menjadi pilihan utama masyarakat Alor untuk bepergian, apalagi musim yang tidak menentu seperti sekarang.

Keadaan gelombang laut yang sering tidak bersahabat, membuat pilihan masyarakat hanya pada jasa transportasi udara. Namun, terkadang harga tiket pesawat juga meroket sebagai akibat dari tingginya permintaan yang tak sebanding dengan ketersediaan tempat dudukdi setiap maskapai. 
Rencana pengembangan Bandara Mali di Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. 
Pengiriman kargo pun menjadi terhambat karena keterbatasan bagasi pesawat dan tidak menentunya perjalanan kapal laut yang berdampak pada terbelenggunya roda perekonomian masyarakat di Kabupaten Alor.

Karena itu, perluasan Bandara Mali sudah menjadi sebuah keharusan agar bisa mengakomodir lonjakan arus penumpang dan cargo yang terus meningkat di bandar udara tersebut. Dengan demikian, sektor pariwisata pun hidup dan berkembang. 

Disisi lain, pemerintah harus meyakinkan dan mampu mendorong maskapai penerbangan untuk membuka maupun menambah rute ke Bandara Mali agar tidak harus transit dan pindah pesawat di Kupang. 

Pembukaan rute penerbangan Surabaya-Denpasar-Alor sangat potensial untuk meningkatkan gairah ekonomi, baik dari pariwisata maupun investasi. 

Membuka rute penerbangan tersebut akan mempermudah para investor dari Pulau Jawa dan wisatawan dari Pulau Bali untuk berkunjung ke Pulau Alor. 

Disinilah peran pemerintah menjadi sangat menentukan dalam mempromosikan potensi Alor untuk menarik minat investor dan wisatawan. 

Promosi tersebut dapat berupa memperbanyak event yang mampu menarik orang untuk datang ke Alor maupun aktif dalam kegiatan expo bertaraf nasional maupun internasional. Apalagi Bandara Mali sudah berwajah baru.

Penulis adalah Staf Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik BPS Kabupaten Alor