Moskow (ANTARA) - Ekonomi Rusia tidak dapat bertahan tanpa batas waktu pada cadangan keuangannya dan harus mengubah dirinya sendiri untuk menghadapi dampak sanksi internasional, kata Gubernur Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina, Senin, (18/4).
Dalam pidatonya yang paling penting sejak Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari, Nabiullina mengatakan perlu waktu hingga 2024 untuk mengembalikan inflasi ke target 4,0 persen.
“Periode ekonomi bisa hidup dari cadangan memang terbatas. Dan sudah di kuartal kedua dan ketiga kita akan memasuki masa transformasi struktural dan pencarian model bisnis baru,” ujarnya.
Sanksi terutama mempengaruhi pasar keuangan, "tetapi sekarang mereka akan mulai semakin mempengaruhi perekonomian," katanya.
"Masalah utama akan terkait dengan pembatasan impor dan logistik perdagangan luar negeri, dan di masa depan dengan pembatasan ekspor."
Dia mengatakan perusahaan-perusahaan Rusia perlu beradaptasi.
"Produsen-produsen Rusia perlu mencari mitra baru, logistik, atau beralih ke produksi produk generasi sebelumnya," katanya.
Eksportir perlu mencari mitra baru dan pengaturan logistik dan "semua ini akan memakan waktu", kata Nabiullina.
Dia menguraikan beberapa langkah untuk membantu ekonomi beradaptasi. Bank sentral sedang mempertimbangkan untuk membuat penjualan hasil valas oleh eksportir lebih fleksibel, katanya, dan juga menguji penerbitan rubel digital untuk memungkinkan orang Rusia melakukan transfer antar dompet digital.
Baca juga: IMF sebut gagal bayar Rusia tak akan picu krisis keuangan global
Operasi percontohan yang terkait dengan proyek itu direncanakan pada paruh kedua tahun ini, katanya.
Baca juga: IMF: Konflik Rusia-Ukraina membuat inflasi tinggi lebih lama
Bank sentral Rusia menaikkan lebih dari dua kali lipat suku bunga utamanya menjadi 20 persen ketika sanksi internasional menghantam, tetapi kemudian memotongnya bulan ini menjadi 17 persen, menandai lingkungan ekonomi yang menantang dan perlambatan inflasi.