Kupang (ANTARA) - PayLater sebagai jenis pembiayaan jangka pendek yang memungkinkan konsumen melakukan pembelian dan membayarnya kemudian tercatat meningkat di 2022 dengan sebagian besar penyedia telah menetapkan bunga.
Pengembalian pembayaran akan dibagi menjadi beberapa pembayaran yang biasanya bernominal yang sama, dengan langsung tertera tanggal dan nominal pertama jatuh tempo saat checkout. Lalu, sisa pembayaran akan ditagihkan ke data pembeli, entah itu melalui kartu debit atau kredit, sampai pembelian yang sudah dilakukan dibayar lunas.
Pada tahun 2020 awal sampai 2021 akhir, hampir semua orang mengalami krisis finansial. Akibatnya, banyak yang mencoba untuk menggunakan PayLater dalam transaksi belanjanya, baik itu belanja bahan pokok maupun hanya untuk membeli barang yang disukai saja.
Pertumbuhan pasar juga dapat dikaitkan dengan daya beli tinggi yang ditawarkan oleh platform PayLater, ditambah dengan manfaatnya antara lain: ada yang menawarkan pembayaran bebas bunga dan keamanan transaksi yang terjamin secara online maupun offline.
Dalam hal penggunaan PayLater, segmen fashion & garmen menjadi pertumbuhan tercepat. Tercatat juga kebanyakan para milenial menggunakan layanan PayLater untuk membayar pakaian secara mencicil.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari Ketua Umum Perhimpunan Riset Pemasaran Indonesia (Perpi) Rhesa Yogaswara. Dia mengatakan bahwa dibandingkan Gen Y, Gen Z lebih banyak yang tak mengalokasikan tabungan secara khusus dan hanya menabung uang sisa.
"Sebanyak 56,6 persen dari mereka jarang dan bahkan tak pernah mengalokasikan menabung dari awal. Generasi Z juga lebih mendahulukan membeli barang yang dibutuhkan dibanding mengalokasikan pengeluaran tetap/ wajib dibanding Gen Y," kata Rhesa dalam keterangan yang diterima di Kupang, Sabtu.
Selain itu, berdasarkan riset yang telah dianalisis, dari 100 orang responden, sebanyak 53.5 persen menyatakan bahwa pengeluaran bulanan selama setahun terakhir lebih besar dari pendapatan. Hanya 22.9% yang menyatakan bahwa pengeluaran kurang dari pendapatan, dan 23.6% menyatakan pengeluaran sama dengan pendapatan.
Terhitung hingga saat ini, penggunaan PayLater untuk bertransaksi di eCommerce pada 2022 mengalami peningkatan dibandingkan dengan 2021. Menurut survei dari Kredivo bersama Katadata Insight Center (KIC), pada 2021 penggunaan PayLater hanya 28 persen. Kemudian pada 2022 terjadi
peningkatan menjadi 38 persen.
Perilaku pembayaran konsumen di eCommerce menurut survei pada Maret 2022, terhadap 3.500 responden, ditemukan penggunaan PayLater ini banyak digunakan oleh masyarakat dengan rentang umum 25-40 tahun. Kemudian persentase penggunaan PayLater banyak dilakukan oleh kalangan laki-laki sebesar 52 persen dibandingkan perempuan yang hanya 48 persen.
Jargon beli sekarang, bayar nanti, sering kali menjadi tombak iklan di tiap-tiap platform PayLater. Jika ingin membeli sesuatu namun tidak ada dana untuk langsung membelinya sekaligus cash, PayLater menjadi solusi utama jika pembeli merasa mampu membayar tepat waktu tagihan yang akan terus berjalan per bulannya.
Jika tercatat adanya keterlambatan pembayaran atau gagal membayar dapat merusak nilai kredit si pembeli itu sendiri dan dapat merugikannya di kemudian hari ketika butuh untuk membeli sesuatu yang jauh lebih penting.
"Maka dari itu, pembeli disarankan untuk berpikir lebih bijak dan mengkalkukasi terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menggunakan PayLater sebagai metoda pembayarannya," kata Rhesa.