Kupang (ANTARA News NTT) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur tidak khawatir terhadap kemungkinan menurunnya arus kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo (TNK) ketika rencana kenaikan tarif masuk diberlakukan.

"Kami tidak terlalu khawatir dengan menurunnya arus kunjungan wisatawan ke TNK setelah pemerintah memberlakukan tarif masuk ke TNK," kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT Marius Jelamu kepada Antara di Kupang, Kamis (6/12).

Ia mengatakan hal itu menanggapi pertanyaan seputar kemungkinan berkurangnya arus kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, akibat kenaikan tarif yang direncanakan Pemerintah Provinsi NTT.

Nilai tarif masuk yang dipatok sebesar 500 dolar AS atau setara Rp7,2 juta untuk wisatawan mancanegara dan 100 dolar AS atau setara Rp1,4 juta untuk turis domestik.

Selain itu, pungutan terhadap setiap kapal pesiar yang masuk ke kawasan TNK, dikenakan 50.000 dolar AS per kapal.

Marius mengaku pemerintah NTT tidak khawatir terhadap menurunnya jumlah kunjungan wisatawan karena TNK merupakan warisan dunia yang dipilih UNESCO sejak tahun 1980-an dan juga telah dinobatkan menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia (New7 Wonders).

Artinya, keistimewaan satwa purba Komodo (varanus komodoensis) yang tidak dimiliki belahan dunia manapun ini tetap akan menarik perhatian masyarakat dunia.

Baca juga: Kenaikan tarif masuk TN Komodo masih normatif
Baca juga: Kenaikan tarif masuk ke TNK sebagai apresiasi terhadap keunikan Komodo Sejumlah wisatawan mendaki Puncak Bukit Pulau Padar untuk menyaksikan panorama alam Taman Nasional Komodo (TNK), di Manggarai Barat, NTT, Kamis (29/11/2018).(ANTARA Foto/Kornelis Kaha) "Karena satwa Komodo ini istimewa, langka dan sangat unik maka wajar jika tarif masuk ke sana mahal," katanya.

Menurutnya, para wisatawan mancanegara yang memahami secara lebih detil tentang keberadaan satwa Komodo akan bisa menerima rencana kenaikan tarif tersebut.

"Kalau wisatawan berkelas dan berkualitas, justeru memandang bahwa tarif ini tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan apa yang diperoleh ketika berkunjung ke sana," ujarnya.

Ia mengatakan, pemerintah provinsi menginginkan agar TNK menjadi destinasi wisata yang eksklusif karena di dalamnya terdapat ribuan satwa purba Komodo dengan nilai jual yang tinggi untuk berbagai aspek.

"Prinsipnya kalau ingin murah meriah yah jangan masuk TNK, tapi kalau mau melihat keajaiban dunia maka harus berkorban dengan biaya masuk yang telah ditetapkan itu," katanya.

Marius membandingkan tarif masuk yang realitif mahal untuk menikmati destinasi wisata buatan di berbagai negara lain yang hanya mengandalkan keindahan seni arsitektur.

Ia mencontohkan seperti tarif masuk ke Stadiun Anfiel di Liverpool yang dijadikan destinasi wisata olah raga mencapai lebih dari 50 pounsterling/orang ditambah lagi dengan biaya mendokumentasikan gambar di dalamnya.

"Dibandingkan dengan tarif TNK saat masih jauh lebih murah padahal merupakan destinasi wisata kelas dunia sehingga wajar kalau tarifnya dinaikkan," katanya.

Baca juga: Gubernur fokus pada TNK Komodo
Baca juga: Wisman kagumi keindahan alam TN Komodo Sejumlah kapal berlabuh di pesisir pantai pulau Padar Taman Nasional Komodo (TNK), Manggarai Barat, NTT (29/11/2018). (ANTARA Foto/Kornelis Kaha)

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024