Kupang (AntaraNews NTT) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat, indeks harga konsumen (IHK) di provinsi itu pada April 2018 mencapai sebesar 131, 07 atau mengalami deflasi 0,04 persen.
"Deflasi terjadi karena penurunan harga kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, masing-masing deflasi sebesar 0,68 persen dan 0,01 persen" kata Kepala BPS Provinsi NTT Maritje Pattiwaellapia di Kupang, Rabu (2/5).
Ia mengatakan, kelompok pengeluaran yang mempengaruhi kondisi deflasi yaitu bahan makanan dengan andil sebesar 0,19 persen.
Penurunan harga kelompok bahan makanan yang mengalami penurunan harga di tingkat konsumen seperti komoditas ikan tongkol, ikan kembung, ikan kakap merah, ikan ekor kuning, sayur kol putih, ayam hidup, sawi putih, dan beras.
Selain itu, deflasi juga dipengaruhi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang juga mengalami deflasi dengan andil sebesar 0,01 persen.
"Dua kelompok ini yang berpengaruh terhadap deflasi, sementara beberapa kelompok lainnya seperti sandang, perumahan, kesehatan, transportasi, dan lainnya," katanya.
Baca juga: NTT alami deflasi 0,15 persen
Maritje menjelaskan, deflasi ini terbentuk dari dua kota IHK yakni Kota Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka yang mengalami deflasi sebesar 0,38 persen. Sedang, Kota Kupang, ibu kota provinsi setempat justeru mengalami inflasi 0,02 persen.
"Biasanya Kota Kupang share-nya terhadap IHK provinsi cukup besar, tapi kali ini Kota Maumere dengan deflasi cukup tinggi dan mempengaruhi angka di provinsi," katanya.
Menurutnya, pola IHK pada April 2018 justeru berlawanan arah kondisi pada April 2017 yang mengalami inflasi 0,24 persen. Kondisi deflasi pada April 2018 ini berbanding terbalik dengan IHK secara nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,10 persen dari 82 kota IHK di Indonesia.
"Ada 54 kota mengalami inflasi, dan 28 kota mengalami deflasi termasuk Kota Maumere," katanya.
"Deflasi terjadi karena penurunan harga kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, masing-masing deflasi sebesar 0,68 persen dan 0,01 persen" kata Kepala BPS Provinsi NTT Maritje Pattiwaellapia di Kupang, Rabu (2/5).
Ia mengatakan, kelompok pengeluaran yang mempengaruhi kondisi deflasi yaitu bahan makanan dengan andil sebesar 0,19 persen.
Penurunan harga kelompok bahan makanan yang mengalami penurunan harga di tingkat konsumen seperti komoditas ikan tongkol, ikan kembung, ikan kakap merah, ikan ekor kuning, sayur kol putih, ayam hidup, sawi putih, dan beras.
Selain itu, deflasi juga dipengaruhi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang juga mengalami deflasi dengan andil sebesar 0,01 persen.
"Dua kelompok ini yang berpengaruh terhadap deflasi, sementara beberapa kelompok lainnya seperti sandang, perumahan, kesehatan, transportasi, dan lainnya," katanya.
Baca juga: NTT alami deflasi 0,15 persen
Maritje menjelaskan, deflasi ini terbentuk dari dua kota IHK yakni Kota Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka yang mengalami deflasi sebesar 0,38 persen. Sedang, Kota Kupang, ibu kota provinsi setempat justeru mengalami inflasi 0,02 persen.
"Biasanya Kota Kupang share-nya terhadap IHK provinsi cukup besar, tapi kali ini Kota Maumere dengan deflasi cukup tinggi dan mempengaruhi angka di provinsi," katanya.
Menurutnya, pola IHK pada April 2018 justeru berlawanan arah kondisi pada April 2017 yang mengalami inflasi 0,24 persen. Kondisi deflasi pada April 2018 ini berbanding terbalik dengan IHK secara nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,10 persen dari 82 kota IHK di Indonesia.
"Ada 54 kota mengalami inflasi, dan 28 kota mengalami deflasi termasuk Kota Maumere," katanya.