Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur Maritje Pattiwaellapea mengemukakan pada Agustus 2018, provinsi setempat mengalami deflasi sebesar 0,45 persen dengan indeks harga konsumen 132,15 persen.
"Deflasi Agustus ini terjadi akibat penurunan indeks harga pada kelompok bahan makanan, perumahan, sandang, dan makanan jadi," kata Maritje Pattiwaellapea dalam jumpa pers di Kupang, Senin (3/9).
Ia menjelaskan, hasil pantauan kondisi indeks harga konsumen pada dua kota inflasi di provinsi setempat yaitu Kota Kupang mengalami deflasi 0,49 persen dan Kota Maumere juga terjadi deflasi 0,15 persen.
Menurutnya, kelompok pengeluaran yang memiliki kontribusi paling besar terhadap deflasi di provinsi setempat yakni bahan makanan yang mengalami deflasi 2,56 persen.
Ia menyebut, sejumlah komoditi yang mengalami penurunan harga terutama daging ayam ras sebesar 0,15 persen, sayur kangkung 0,12 persen, ikan kembung 0,10 persen, dan cabai rawit 0,10 persen.
Selanjutnya, deflasi juga tejadi pada kelompok perumahan, air, listik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,26 persen, kelompok sandang 0,15 persen, dan makanan jadi 0,01 persen.
Baca juga: BPS: Ekonomi NTT tumbuh 5,20 persen
Baca juga: Daya beli petani NTT meningkat
Menurutnya, kondisi sebaliknya pada kelompok transportasi dan komunikasi mengalami inflasi yang cukup signifikasn sebesar 1,39 persen dengan andil 0,24 persen.
"Kegiatan-kegiatan work shop, paket rapat dari pemerintah maupun pihak lain juga berkontribusi meningkatkan kebutuhan transportasi sehingga memicuh inflasi," katanya.
Maritje menjelaskan, berdasarkan tahun kalender, indeks harga konsumen di provinsi setempat terjadi inflasi sebesar 1,13 persen. Namun, dengan gejolak perkembangan harga komoditas yang ada, kondisi inflasi masih cukup terkendali dengan baik.
"Kita berharap pemerintah daerah melalui tim pengendali inflasi juga terus mengawal harga-harga di pasar sehingga tetap terkendali," katanya.
"Deflasi Agustus ini terjadi akibat penurunan indeks harga pada kelompok bahan makanan, perumahan, sandang, dan makanan jadi," kata Maritje Pattiwaellapea dalam jumpa pers di Kupang, Senin (3/9).
Ia menjelaskan, hasil pantauan kondisi indeks harga konsumen pada dua kota inflasi di provinsi setempat yaitu Kota Kupang mengalami deflasi 0,49 persen dan Kota Maumere juga terjadi deflasi 0,15 persen.
Menurutnya, kelompok pengeluaran yang memiliki kontribusi paling besar terhadap deflasi di provinsi setempat yakni bahan makanan yang mengalami deflasi 2,56 persen.
Ia menyebut, sejumlah komoditi yang mengalami penurunan harga terutama daging ayam ras sebesar 0,15 persen, sayur kangkung 0,12 persen, ikan kembung 0,10 persen, dan cabai rawit 0,10 persen.
Selanjutnya, deflasi juga tejadi pada kelompok perumahan, air, listik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,26 persen, kelompok sandang 0,15 persen, dan makanan jadi 0,01 persen.
Baca juga: BPS: Ekonomi NTT tumbuh 5,20 persen
Baca juga: Daya beli petani NTT meningkat
Menurutnya, kondisi sebaliknya pada kelompok transportasi dan komunikasi mengalami inflasi yang cukup signifikasn sebesar 1,39 persen dengan andil 0,24 persen.
"Kegiatan-kegiatan work shop, paket rapat dari pemerintah maupun pihak lain juga berkontribusi meningkatkan kebutuhan transportasi sehingga memicuh inflasi," katanya.
Maritje menjelaskan, berdasarkan tahun kalender, indeks harga konsumen di provinsi setempat terjadi inflasi sebesar 1,13 persen. Namun, dengan gejolak perkembangan harga komoditas yang ada, kondisi inflasi masih cukup terkendali dengan baik.
"Kita berharap pemerintah daerah melalui tim pengendali inflasi juga terus mengawal harga-harga di pasar sehingga tetap terkendali," katanya.