Pada dasarnya Ceng Beng disebut juga Qingmingjie di Negeri Tirai Bambu. Kata Ceng Beng pada bahasa Hokkian terdiri atas dua kata. Budayawan Bangka Belitung Akhmad Elvian menyatakan kata ceng memiliki arti bersih dan beng berarti terang.
"Ceng itu sendiri artinya bersih atau resik, jadi seminggu sebelum hari H tanggal 4 atau 5 itu keluarga sudah mulai melaksanakan pembersihan terhadap makam, kemudian tanggal 4 atau 5 Beng yakni artinya terang. Menjelang terbitnya Matahari sampai siang mereka akan melakukan ritual kepada leluhur," kata Elvian.
Tradisi yang biasanya dilaksanakan pada tanggal 4 atau 5 April dalam kalender Masehi itu dilakukan oleh orang-orang Tionghoa khususnya yang beragama Konghucu dalam rangka menghormati leluhur.
"Ceng Beng dilaksanakan pada tanggal 4 atau 5 April dalam kalender Masehi, jika jatuh pada tanggal 4 April biasanya pelaksanaannya pada tahun kabisat dan pada 5 April pada tahun biasa," kata Elvian.
Tradisi Ceng Beng turut menjadi momen berharga bagi masyarakat Tionghoa karena melaksanakan Ceng Beng artinya akan berkumpul bersama keluarga besar yang tinggal di daerah mana pun untuk pulang dan melaksanakan tradisi ziarah kubur bersama.
Pada tahun 2023, puncak perayaan Ceng Beng jatuh pada tanggal 5 April. Untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung setiap tahunnya tradisi ziarah kubur bagi masyarakat Tionghoa ini berpusat di permakaman Sentosa.
Mulai dari dini hari hingga siang masyarakat Tionghoa yang melaksanakan Ceng Beng sudah memadati perkuburan Sentosa. Mereka terlihat sibuk membersihkan makam para leluhur, menyiapkan berbagai persembahan, dan bersembahyang.
Biasanya mereka juga akan menyiapkan beberapa jenis persembahan yakni samsang yang terdiri atas tiga jenis daging yang berasal dari darat, air , dan udara. Kemudian samguo yakni tiga jenis buah-buahan, dan minuman yang terdiri atas teh, arak atau jiu sebagai persembahan dan bakti kepada leluhur.
Selain menyiapkan persembahan itu, saat melaksanakan upacara Ceng Beng masyarakat Tionghoa juga wajib menyiapkan kimchi atau uang-uangan kertas.
Uang kertas itu nantinya akan akan mereka bakar bersama dengan hio atau garu untuk dipersembahkan kepada leluhur.
Baca juga: Artikel - Ramadhan dulu dan kini
Selain menjadi momen bakti pada leluhur, Ceng Beng juga dimanfaatkan menjadi ajang berkumpul bersama untuk menjaga tali silaturahmi oleh masyarakat Tionghoa.
Baca juga: Telaah - Cinta di Jabal Rahmah
Ritual-ritual berdimensi perekatan antar-sesama itulah yang selama ini ikut memberi sumbangsih memperkuat ikatan sosial hingga kebangsaan di negeri ini.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mengulik Ceng Beng, tradisi menghormati leluhur etnis Tionghoa
Artikel - Ceng Beng, tradisi menghormati leluhur bagi etnis Tionghoa
Oleh Joko Susilo dan Chandrika Purnama Dewi
Ritual-ritual berdimensi perekatan antar-sesama itulah yang selama ini ikut memberi sumbangsih memperkuat ikatan sosial hingga kebangsaan di negeri ini...