Rektor Undana : Kurangnya kesadaran masyarakat faktor peningkatan rabies di TTS

id NTT, Kasus rabies,Rektor Undana,Kota Kupang

Rektor Undana : Kurangnya kesadaran masyarakat faktor peningkatan rabies di TTS

Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang, Nusa Tenggara Timur Prof.Dr.drh. Maxs U.E Sanam. ANTARA/Kornelis Kaha

Untuk penangganan kasus rabies di NTT ini tidak hanya mengandalkan vaksin, karena untuk mendatangkan vaksin butuh miliaran rupiah...
Kupang (ANTARA) - Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang, Nusa Tenggara Timur, Prof.Dr.drh. Maxs U.E Sanam, menilai kurangnya kesadaran masyarakat dan disiplin membuat angka kasus rabies di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) di Pulau Timor meningkat.

"Masalahnya ada pada disiplin serta kesadaran masyarakat untuk mengikat dan mengandangkan hewan pembawa rabies salah satunya adalah anjing," katanya di Kupang, Kamis, (29/6/2023).

Hal ini disampaikannya saat hadir dalam diskusi kelompok terpumpun (focus group discussion/FGD) yang membahas tentang upaya penanganan penyebaran virus rabies di wilayah NTT khususnya di pulau Timor.

Berdasarkan data terakhir dari Dinas Kesehatan Timor Tengah Selatan jumlah korban yang meninggal dunia akibat gigitan anjing rabies di wilayah tersebut sudah mencapai lima orang.

Dari lima orang yang digigit tersebut empat orang diantaranya adalah anak-anak kisaran usia tujuh tahun ke bawah, sementara satu lagi adalah orang dewasa dengan usia 40-an tahun.

Maxs menambahkan bahwa disiplin dan taat aturan adalah kunci dari mencegah semakin bertambah dan meningkatnya kasus rabies di Timor Tengah Selatan yang kini sudah mencapai perbatasan antara Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTS.

Dia mencontohkan pada tahun 1900-an Inggris pernah terkena wabah rabies dan pemerintah setempat langsung mengeluarkan aturan untuk mengikat seluruh anjing atau menutup mulut anjing saat keluar dari rumah.

Pemerintah setempat juga mengeluarkan aturan untuk memberikan denda bagi warganya yang tidak mentaati aturan tersebut. Hasilnya kasus rabies tidak menyebar luas di negara tersebut.

Menurut dia untuk penangganan kasus rabies di NTT ini tidak hanya mengandalkan vaksin, karena untuk mendatangkan vaksin butuh miliaran rupiah.

"Apalagi NTT sekarang ada punya utang sekitar Rp1,3 triliun. Karena itu disiplin itu sangat perlu," tambah dia.

Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang Yulius Umbu H juga mengakui hal tersebut. Dia melihat sendiri di desa Fenun lokasi awal munculnya rabies hingga saat ini masyarakat dengan sadar dan tahu dan mau masih melepas anjingnya secara liar.

Baca juga: Seorang anak di TTS meninggal usai digigit anjing rabies

"Waktu kami berada di TTS saat pemusnahan anjing, ada loh warga yang duduk menonton sambil membawa anjingnya dan dibiarkan bebas seperti tidak ada kejadian luar biasa," ujar dia.

Baca juga: Pemprov NTT adakan 17.500 dosis vaksin antirabies

Padahal tambah dia pemerintah daerah setempat sudah menyampaikan bahwa kasus rabies sudah masuk dalam kejadian luar biasa (KLB).Karena itu dia menegaskan lagi agar masyarakat bisa lebih sadar dan peka terhadap aturan yang sudah disampaikan oleh pemerintah setempat.