Stacia Nau curhat ke Mendikbudristek beratnya pendidikan ketika pandemi

id NTT,umerasi,nagekeo,inovasi,Pendidikan

Stacia Nau curhat ke Mendikbudristek beratnya pendidikan ketika pandemi

Stacia Alessandra Nau, guru kelas 2 SDI Rata, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (ANTARA/Benny Jahang)

Pada saat pandemi para siswa lebih sering mengikuti orang tugas bekerja di kebun mengolah lahan...
Kupang (ANTARA) - Stacia Alessandra Nau, guru kelas 2 SDI Rata, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur terlihat penuh percaya diri saat tampil di hadapan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim bersama Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Stephen Scott, Selasa (26/9).

Stacia Alessandra Nau diundang secara khusus oleh lembaga Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) untuk berbagi pengalaman tentang perkembangan literasi dan numerasi siswa di Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores NTT di hadapan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim.

Pembahasan yang dikemas dalam gelar wicara merupakan salah satu mata acara peluncuran buku Bangkit Lebih Kuat Studi Kesenjangan Pembelajaran yang dilakukan Menteri Nadiem dan Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Stephen Scott.

Gelar wicara dipandu Manajer Pemantauan, Evaluasi, Riset, dan Pembelajaran, INOVASI Rasita Purba, menghadirkan nara sumber diantaranya, Menteri Nadiem, Stacia, dan Bupati Bulungan, Kalimantan Utara, Syarwani serta guru kelas 2 SDI Rata, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur Stacia Alessandra Nau.

Stacia Alessandra Nau menjelaskan tentang tantangan penerapan pembelajaran sebelum dan sesudah pandemi COVID-19 di daerah  tempatnya mengajar di Kabupaten Nagekeo yang letaknya di tepian sungai yang jauh dari akses internet sehingga tidak bisa melakukan kegiatan pembelajaran secara daring.

Selama pandemi COVID-19 di sekolah tempat Stacia Alessandra Nau tidak bisa melakukan pembelajaran secara daring. Akses internet terbatas, siswa tidak punya gadget. Sehingga para guru harus melakukan kegiatan belajar door to door ke rumah murid.

Stacia Alessandra Nau bersama para guru lainnya juga harus menyeberangi sungai untuk menemui para siswa di rumah bahkan hingga kebun milik orang tua para siswa.

"Pada saat pandemi para siswa lebih sering mengikuti orang tua  bekerja di kebun mengolah lahan," kata Stacia Alessandra Nau.

Kondisi itu sangat berbeda saat di sekolah dimana para guru lebih mudah menemui para siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Setelah masa pandemi COVID-19 berlalu dan para siswa kembali masuk sekolah seperti biasanya ternyata terjadi penurunan kemampuan belajar siswa dimana para siswa yang sudah memiliki kemampuan membaca dan menulis tetapi setelah masuk sekolah  kemampuan pembelajaran menjadi menurun terutama bagi siswa kelas awal.

"Hal itu menjadi tantangan bagi para guru sehingga dilakukan perbaikan melalui program INOVASI tentang meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi bagi siswa kelas awal  dengan melakukan asesmen diagnostik," kata Stacia Alessandra Nau.

Menurut dia setelah adanya pendampingan dari INOVASI para guru menyadari bahwa proses pembelajaran bagi para siswa harus dilakukan sesuai dengan kemampuan anak dalam membaca dan menulis, serta membentuk kelompok-kelompok belajar bagi para siswa, sehingga semangat belajar para siswa di daerah Pulau Flores itu kembali bergairah.


Baca juga: Artikel - Pendidikan dan mimpi kemajuan Indonesia

Baca juga: Ombudsman NTT ingatkan penyelenggara sekolah pahami arti pungutan dan sumbangan