Artikel - Jalan Panjang YLAI lahirkan literasi gemilang untuk tanah Merapu

id NTT, YLAI, Literasi anak,Sumba ,Pulau Sumba,artikel pendidikan

Artikel - Jalan Panjang YLAI lahirkan literasi gemilang untuk tanah Merapu

Sejumlah anak SD berpose bersama menunjukan ajakan berliterasi di Waikabubak, Sumba Barat, NTT. ANTARA/Kornelis Kaha

...Tadi yang didemonstrasikan itu merupakan sistem belajar interaktif yang sebelumnya sudah diajarkan kepada kami oleh para fasilitator daerah dari Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI), kata Katarina Kahianawa memulai ceritanya
Kegiatan literasi di NTT sebenarnya sudah tumbuh sejak tahun 2012, dimulai dari beberapa kelurahan dan desa di pusat kota kabupaten, kemudian berkembang terus sampai ke desa-desa pedalaman.

Kegiatan berliterasi juga sudah diterapkan di 22 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur, namun anehnya masih banyak anak-anak sekolah belum bisa membaca, menulis, dan menghitung secara baik atau masih tertatih-tatih.

Tidak heran jika pemerhati pendidikan dari Universitas Katolik Weetabula Sumba Barat Rm Dr. Agustinus Tanggu Daga Pr menemukan bahwa masih ada anak kuliah yang hingga saat ini masih dibantu atau dibina untuk menulis dan membaca.

Dia mempertanyakan yang dilakukan guru-guru sejak SD, SMP, hingga SMA, sehingga anak-anak itu bisa lolos sampai bangku kuliah.

Menurut dia mental serta SDM yang rendah mempengaruhi hal ini. Peran orang tua sangat penting untuk mendukung dan membantu serta mendorong anak-anaknya agar mau sekolah dan belajar lebih giat lagi.

Kehadiran yayasan yang dimulai sejak 2018 di Pulau Sumba, merupakan upaya untuk membantu anak-anak di pelosok seluruh di Pulau Sumba agar bisa mengenal huruf, membaca menulis, bahkan bisa berhitung secara baik.

Sempat terhenti pada tahun 2020 akibat COVID-19, pada tahun 2021 program tersebut kembali berjalan di Pulau Sumba, hingga saat ini, dan akan berakhir pada akhir April 2024.

Program yayasan sendiri kini telah menyasar tiga kabupaten di Pulau Sumba, yakni Sumba Barat Daya, dengan sekolah yang sudah dibina 15 unit, Sumba Barat 24 unit sekolah dan Kabupaten Sumba Tengah enam sekolah.

Hasilnya cukup membanggakan karena dari semula nol persen, kini kurang lebih lima persen anak di tiga kabupaten itu sejak kelas 1 hingga kelas 3 sudah bisa mengenal huruf, membaca, serta menceritakan kembali buku cerita yang sudah dibaca.

Targetnya, 40 persen anak-anak di Sumba bisa membaca. Meskjpun baru 5 persen, setidaknya dampak dari metode belajar ini sudah terlihat.
Program Direktur YLAI Putu Desy Apriliani (kiri) menemani anak-anak yang sedang membaca di pojok membaca di Waikabubak, Sumba Barat. ANTARA/Kornelis Kaha


Untuk menghasilkan anak-anak yang bisa mengenal bunyi huruf, bisa membaca dan menulis yayasan menyiapkan fasilitator daerah yang sudah dibina menerapkan metode pembelajaran, yakni program membaca berimbang.

Program-program itu, seperti membaca interaktif, lingkungan kelas literatif, membaca mandiri, fonik dan kesadaran fonemik, membaca bersama, dan membaca terbimbing.

Saat ini yayasan telah melatih kurang lebih 22 fasilitator daerah dan itu tersebar di seluruh Pulau Sumba. Bagi yayasan, jumlah tersebut masih kecil karena idealnya satu fasilitator daerah harus bisa meng-handel dua sekolah agar program membaca berimbang itu bisa berjalan dengan baik.

Para fasilitator daerah itu bertugas untuk melatih guru-guru di sekolah agar menerapkan program membaca berimbang di sekolah.

Namun dalam perjalanan kendala penerapan program itu masih saja ditemui, salah satunya adalah masih banyaknya sekolah yang belum menerapkan program belajar berimbang itu. Karenanya, untuk mempercepat program itu, kuncinya adalah menambah jumlah fasilitator daerah.

Semakin banyak fasilitator daerah masuk ke sekolah pelosok dan semakin banyak buku-buku berkualitas masuk ke sekolah-sekolah pelosok, maka upaya mempercepat budaya literasi akan lebih cepat. 

Kendala lainnya adalah adanya mutasi guru yang tentu saja di luar kendali dari pengelola program itu. Walaupun sejak dimulainya program sudah ada kesepakatan bersama bahwa tidak ada pergantian guru, namun kadang kala dinamika terus terjadi dan hal ini berdampak besar terhadap keberlangsungan program tersebut.


Sinergi menguntungkan