Kupang (Antara NTT) - Pemantau Gunung Api Iya, Egon dan Rokatenda yang berpusat di Ropa, Kabupaten Ende, Flores, Towa Tiba Petrus mengatakan, proses pertumbuhan kuba lava pada Gunung Api Rokatenda masih terus berlangsung.
"Pengamatan visual dari pos pengamatan di Ropa terhadap kubah lava 2012 menunjukan pertumbuhannya cukup drastis. Pada tanggal 1 November 2012 tinggi kubah lava dari bibir kawah bagian selatan sekitar 60 meter dengan diameter sekitar 250 meter," kata Towa Tiba Petrus, Kamis.
Petrus Tiba menjawab pertanyaan ANTARA melalui surat elektronik menjelaskan, berdasarkan hasil pemeriksaan puncak Gunung Api Rokatenda pekan lalu menunjukan, guguran-guguran pada kubah lava tersebut masih sering terjadi akibat gempa hembusan dan gaya gravitasi.
Guguran-guguran tersebut tampak disertai asap putih tipis atau tebal, tinggi asap atau abu guguran sekitar 50 sampai 200 meter.
Sedangkan guguran atau longsoran pada malam hari tampak disertai sinar api. Material guguran jatuh dan tertumpuk di dalam kawah, katanya.
Berdasarkan pengamatan visual dari pos pengamatan terlihat volume tumpukan material guguran atau longsoran kubah lava 2012 di dalam kawah semakin tinggi, katanya.
Dia menjelaskan, peningkatan aktivitas gunung api Rokatenda terlihat sejak Januari 2012. Hal ini ditandai dengan meningkatnya seismisitas gempa vulkanik.
Sejak 9 Januari 2012 pukul 21.00 wita status gunung api Rokatenda dinaikkan dari normal ke waspada (level II) dan pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 17.00 wita status gunung api Rokatenda dinaikkan menjadi Siaga (level III).
Menurut dia, letusan gunung api Rokatenda terjadi pada 8 Oktober 2012 pukul 19.46 wita. Letusan itu disertai suara dentuman dan sinar api serta lontaran material pijar yang menyebabkan kebakaran semak belukar di sekitar kawah.
Tinggi asap letusan sekitar 750 meter dari puncak. Abu letusan jatuh di sekitar kawah dan ke arah barat gunung api tersebut.
Penyebaran abu letusan ke arah barat jatuh di kampung Awa--kampung terdekat dari titik letusan yang berjarak sekitar 2,5 km, Nitung, Koa, Obo dan Oka Cere sekitar tiga km, katanya.
Ketebalan abu di kampung Awa kurang lebih satu mm. Lokasi titik letusan pada kubah lava 1964 yang berjarak 250 meter sebelah barat kubah lava 1981.
Dia berharap, dengan penjelasan ini diharapkan, masyarakat Pulau Palue yang bermukim di sekitar gunung tidak merasa risau karena aktivitas yang masih terjadi saat ini karena pertumbuhan lava 2012 masih berlangsung.
Selain itu, masyarakat Palue yang sudah mengungsi ke Kota Maumere, bisa kembali ke kampung halaman karena aktivitas Gunung Rokatenda belum membahayakan keselamatan warga, kata Petrus Tiba.