Akademisi: Kedua Capres tak miliki pandangan luas tentang pangan

id JOKOWI

Akademisi: Kedua Capres tak miliki pandangan luas tentang pangan

Calon Presiden petahana Joko Widodo (kanan) saat menerima kedatangan Capres Prabowo Subianto di Jakarta. (ANTARA Foto)

"Secara substansial kedua calon presiden, baik Jokowi maupun Prabowo tidak memiliki pandangan yang luas tentang masalah pangan," kata Leta Rafael..
Kupang (ANTARA News NTT) - Akademisi dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Dr Leta Rafel Levis menilai secara substansial kedua calon presiden, baik Jokowi maupun Prabowo tidak memiliki pandangan yang luas tentang masalah pangan.

"Kondisi ini bisa dilihat dari pandangan kedua capres yang membicarakan pangan hanya sebatas produksi atau impor beras, " kata Leta Rafael Levis, dosen Fakultas Pertanian dari Undana Kupang kepada Antara di Kupang, Senin (18/2).

Menurut dia, membicarakan pangan tidak hanya sebatas produksi atau impor beras, karena pangan memiliki makna yang amat luas yang meliputi berbagai tanaman pertanian, ternak dan lain-lain.

Walau demikian, untuk masalah pangan, keduanya, baik Capres Jokowi maupun Prabowo sama-sama berkeinginan agar stok pangan harus tetap terjaga dan petani tidak dikorbankan.

Dia mengatakan, dalam debat mengenai masalah pangan, sedikit menguntungkan Jokowi karena sempat menyinggung tentang produksi jagung dalam negeri.

"Berbicara tentang pangan, Jokowi lebih unggul karena Jokowi menyajikan data secara lengkap," ucapnya.

Misalnya, data tentang impor jagung. Pada tahun 2014 impor jagung 3,5 juta ton per tahun tetapi tahun 2018 hanya impor 180 ribu ton.

Baca juga: Satgas Pangan berupaya kurangi peluang penimbunan sembako

Data tentang infrastruktur, panjang jalan yang dibangun tiga tahun terakir 191.000 km, 58.000 unit irigasi serta beberapa bendungan,.

Menurut dia, infrastruktur ini secara langsung mendukung pembangunan pertanian untuk ketahanan pangan, kemudian beberapa bendungan besar juga dibangun untuk menyediakan air untuk pembangan pertanian.

"Ada satu pertanyaan dari Prabowo. Setelah penyajian data tentang keberhasilan produksi beras yang mencapai 33 juta ton tahun 2018 (surplus 2.9 juta ton). Mengapa pemeritahan Jokowi tetap mengimpor beras tetapi Jokowi dengan enteng menjawab," ujarnya.

Jokowi mengatakan, strategi penyediaan pangan adalah tetap menjaga stabilitas produksi, jaga stabilitas stok dan jaga stabilitas harga.

"Jadi impor tersebut bermaksud agar stok tetap terjaga untuk antisipasi bencana alam dan gagal panen," kata Leta Rafael.

Baca juga: Bulog bangun 1.020 Rumah Pangan Kita
Baca juga: Informasi iklim tepat tingkatkan kedaulatan pangan