Labuan Bajo (ANTARA) - Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Frans Teguh mengatakan perkembangan investasi di kawasan pariwisata terpadu Parapuar Labuan Bajo terus berjalan, karena beberapa investor telah berkomitmen untuk melakukan investasi.
"Komitmen dari Eiger pada bulan Oktober 2025 ini mereka sudah bisa launching pembangunan, penataan, atau penyediaan fasilitas Eiger Store dan Coffee Shop masih dalam komitmen mereka, lalu beberapa sedang dalam on list, Dusit Grup seperti saya sampaikan pada pertemuan kita kali lalu masih on progress," katanya, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa.
Sebelumnya, terdapat dua investor yang telah berinvestasi di kawasan destinasi wisata Parapuar Labuan Bajo, yakni Eiger Indonesia dan Dusit Internasional. Total investasi Dusit Internasional adalah 15 juta dolar AS di lot 1.6 dengan rencana pembangunan hotel, dan Eiger Indonesia dengan total investasi sebesar 1,2 juta dolar AS.
Ia menambahkan, BPOLBF terus menjajaki komitmen investasi dan saat ini terdapat lima hingga enam investor yang berkomitmen untuk investasi di Parapuar.

"Tapi, poin saya memang tidak mudah, namun kami punya optimisme dengan lahan 129,6 hektare yang sudah clean and clear dan master plan yang kita rapikan mudah-mudahan 19 lot yang kita tawarkan ke investor dapat terealisasi dengan cepat," ujar Frans Teguh.
Frans Teguh juga menjelaskan saat ini BPOLBF terus mengebut penyelesaian akses jalan masuk ke kawasan Parapuar sejauh 200 meter serta menyelesaikan jaringan air dan listrik.
"Memang agak lama, saya akui karena faktor cuaca dan beberapa hal teknis, ini juga menjadi prasyarat beberapa investor yang sudah komitmen untuk mempercepat pembangunan komitmen komitmen dalam MoU atau PKS," katanya pula.
BPOLBF dalam pengembangan kawasan otorita Parapuar Labuan Bajo, ujar dia, sangat selektif dalam menentukan investor karena investasi yang dilakukan harus sesuai dengan pariwisata berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Dari total sekitar 129.6 hektare Hak Pengelolaan Lahan (HPL) yang diterima BPOLBF nantinya hanya 20 persen lahan yang akan dikembangkan. Pengembangan lahan menjadi 4 zona, yaitu zona cultural, zona leisure, zona wildlife, dan zona adventure serta untuk sisa lahan 80 persen akan tetap dikembalikan sebagai fungsi hutan sebagai ekosistem.
"Tetap dalam komitmen awal kami 80 persen hutan, jadi membangun di dalam hutan, ini penting sekali sebagai bagian dalam konfirmasi kami kalau Parapuar tetap hijau itu juga adalah tugas kami, sehingga isu konservasi tetap menjadi konsen kami," katanya lagi.
Menjaga kawasan Parapuar agar tetap berkelanjutan di Hutan Bowosie, ujar dia, juga dinilai sebagai kekhasan destinasi pariwisata di Labuan Bajo.
"Hutan tetap dijaga karena hutan Bowosie sejak dulu adalah hutan produksi, sehingga konsep yang terus kami dorong adalah membangun di dalam hutan dan ini menjadi satu trademark yang berbeda antara Parapuar dan kawasan-kawasan yang ada di Labuan Bajo untuk kami kembangkan ke depannya," katanya.