Imbauan GMIT, masyarakat NTT jangan terprovokasi berita medsos

id pemilu

Imbauan GMIT, masyarakat NTT jangan terprovokasi berita medsos

Pelaksanaan Pemilu 2019 di perbatasan Indonesia-Timor Leste. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) mengimbau seluruh lapisan masyarakat NTT untuk terus menahan diri dan tidak terprovokasi dengan berbagai berita di media sosial terkait hasil Pilpres 2019.
Kupang (ANTARA) - Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Pendeta Merry Kolimon mengimbau seluruh lapisan masyarakat Nusa Tenggara Timur untuk terus menahan diri dan tidak terprovokasi dengan berbagai berita di media sosial terkait hasil Pilpres 2019.

"Cobalah menahan diri dari euforia berlebihan yang berkaitan dengan kemenangan setiap pasangan calon presiden dan wakil presiden," katanya kepada wartawan di Kupang, Sabtu (20/4).

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan maraknya perang siber di media sosial yang mengklaim soal kemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden hasil Pilpres 2019..

Ciutan-ciutan di media sosial, kata Merry Kolimon, dapat mengakibatkan konflik di antara sesama anak bangsa.

"Pemilu sudah selesai, kita tunggu saja hasil perhitungan riil dari KPU sebagai penyelenggara pemilu. Jangan mudah terprovokasi dengan berbagai macam hal yang mampu menimbulkan konflik," ujarnya.

Baca juga: Akademisi mengklaim tak ada gerakan massa pascapenetapan Pilpres

Pendeta Merry juga mengharapkan setiap orang bijak dalam menggunakan media sosial agar tak muncul hal-hal yang dapat menimbulkan konflik baru.

Ia juga menyampaikan terima kasihnya kepada Polri dan TNI serta pihak terkait lainnya yang sudah menjalankan tugasnya dengan baik saat mengamankan pelaksanaan Pemilu 2019 pada 17 April lalu.

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTT Abdul Kadir Makarim mengimbau setiap warga NTT dapat menerima dengan lapang dada siapapun yang menang dalam pesta demokrasi lima tahunan itu.

"Hindari konten-konten media sosial yang justru memecah belah kehidupan masyarakat kita. Kalau bisa jangan memuat konten medsos yang bisa memancing keributan," ujar Makarim.

Baca juga: Pemilu 2019 untungkan partai pengusung capres-cawapres
Baca juga: Menurut pengamat politik, pemilu serentak 2019 rumit