Hadakewa tambah kapal nelayan

id Kapal

Hadakewa tambah kapal nelayan

Komoditi ikan teri yang sedang dijemur dalam proses produksi di Desa Hadakewa, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. (ANTARA FOTO/HO-Klemens Kwawan)

“Tahun ini kami akan adakan 3 kapal nelayan yang dioperasikan untuk menambah pasokan bahan baku ikan teri yang sudah menjadi komoditi unggulan di desa kami,” kata Klemens Kwaman.. 

Kupang (ANTARA) - Pemerintah Desa Hadakewa di Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur segera  menambah jumlah kapal yang akan dioperasikan para nelayan setempat guna meningkatkan pasokan ikan teri ke BUMDes setempat.

“Tahun ini kami akan adakan 3 kapal nelayan yang dioperasikan untuk menambah pasokan bahan baku ikan teri yang sudah menjadi komoditi unggulan di desa kami,” kata Kepala Desa Hadakewa Klemens Kwaman ketika dihubungi Antara dari Kupang, Rabu (15/1).

Dia menjelaskan, saat ini terdapat satu kapal, sedang dua unit lainnya dalam proses pengerjaan yang ditargetkan selesai pada April 2020.

Pengadaan kapal ini, lanjut dia, didukung dengan alokasi anggaran dana desa serta bantuan dari pemerintah kabupaten sebanyak dua unit kapal.

“Dari kabupaten kami mendapatkan dukungan anggaran untuk Desa Hadakewa sebagai desa tematik senilai Rp200 juta untuk pengadaan kapal,” katanya.

Usaha produksi ikan teri yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Hadakewa, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. (ANTARA FOTO/HO-Bapak Kades Hadakewa, Klemens Kwaman/am).

Klemens mengaku dirinya optimistis dengan bertambahnya sarana kapal nelayan ini maka ke depan kapasitas produksi ikan teri semakin memadai karena pasokan bahan baku lebih banyak.

Saat ini, lanjut dia, kapasitas ikan teri yang bisa diproduksi dalam sekali panen mencapai 1-2 ton setelah diolah dari pasokan teri basah sekitar 6 ton.

Dia mengatakan, usaha ikan teri yang sudah dipasarkan dengan kemasan dengan label Teri Hadakewa sudah memberikan dampak ekonomi yang positif bagi pemerintah desa maupun masyarakat yang bekerja di dalamnya.

Hanya saja, lanjut dia, kapasitas produksi masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu diperkuat untuk menjawab permintaan pasar di wilayah kabupaten setempat maupun daerah lainnya.

“Bahkan sempat ada permintaan masuk dari China namun kami belum bisa menandatangani nota kesepahaman karena kapasitas produksi belum mampu menjawab permintaan negeri Tirai Bambu itu,” katanya.

Kapal nelayan yang tengah bersandar di Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Selat Lampa, Natuna. (ANTARA FOTO/Natisha Andarningtyas).