Kupang (ANTARA) - Hama ulat menyerang seluruh tanaman jagung milik petani di 17 kecamatan di wilayah Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, sehingga dikhawatirkan terjadi gagal panen.
"Hama ulat ini menyerang seluruh tanaman jagung milik petani di 17 kecamatan, dan kondisi paling parah dialami para petani di wilayah pesisir pantai," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Alor Yustus Dopong Abora ketika dihubungi Antara dari Kupang, Sabtu (1/2).
Ia mengatakan, serangan hama ulat merupakan dampak kemarau panjang yang melanda kabupaten yang berbatasan dengan negara Timor Leste itu.
"Untuk wilayah pesisir pantai sampai dengan saat ini belum turun hujan, sehingga menyebabkan tanaman jagung yang ada mulai diserang hama ulat," katanya.
Ia mengatakan masyarakat petani di 17 wilayah kecamatan di Kabupaten Alor itu kemungkinan besar akan mengalami gagal panen, karena semua tanaman jagung yang ada diserang hama ulat,
Menurut dia, tanaman jagung yang telah tumbuh setinggi 20 cm semuanya habis dimakan hama ulat yang selalu menyerang pada malam hari.
Setiap batang jagung yang ditanam dipenuhi puluhan ekor ulat yang menyerang tanaman jagung , bahkan hama tersebut bertelur dan beranak di batang jagung.
"Hama ulat ini menyerang tanaman jagung pada malam hari. Tanaman jagung mulai dari daun serta batang habis dimakan hama ulat. Kami khawatir terjadi ancaman gagal panen, karena semua tanaman jagung milik petani dalam kondisi gagal tumbuh," tegas Yustus Dopong Abora.
Dinas Pertanian Kabupaten Alor, kata dia, sudah melakukan upaya mengatasi serangan hama ulat dengan melakukan penyemprotan obat-obatan untuk membasmi hama ulat, namun tidak membuahkan hasil karena hama ulat yang menyerang tanaman jagung milik petani semakin bertambah banyak.
Ia mengatakan, hama ulat yang menyerang tanaman jagung milik petani itu, sebelumnya juga menyerang tanaman jati hingga menyebabkan daun tanaman jati rontok dan berguguran.
Hama ulat serang tanaman jagung di 17 kecamatan di Alor
"Hama ulat ini menyerang seluruh tanaman jagung milik petani di 17 kecamatan, dan kondisi paling parah dialami para petani di wilayah pesisir pantai," kata Yustus Dopong Abora..