Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan fenomena perubahan iklim yang membuat suhu udara kian hangat menyebabkan peningkatan intensitas serangan hama dan gulma terhadap tanaman pangan.
Yudhistira mencontoh beberapa cara pengendalian hama mulai dari merekayasa lingkungan, memperbanyak musuh alami hama, dan opsi paling terakhir penggunaan pestisida.
Bahkan, konsep pengendalian hama terpadu juga bisa diimplementasikan dan disesuaikan dengan perubahan zaman yang terjadi sekarang.
Peneliti Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Muhammad Yasin mengatakan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 278 juta jiwa memerlukan pangan yang cukup banyak. Serangan organisme pengganggu tanaman telah menimbulkan masalah dalam peningkatan produksi tanaman pangan.
Ia menjelaskan penggunaan pestisida nabati berbahan sereh wangi dan minyak cengkih dapat digunakan untuk mengendalikan hama utama pada tanaman jagung dan sorgum. Pestisida nabati efektif mengendalikan ulat grayak, cendawan, pengerek batang, dan pengerek tongkol.
Bahan baku pestisida nabati lainnya yang bisa digunakan untuk mengendalikan hama tanaman pangan adalah ekstrak daun nimba, ekstrak bawang putih, hingga ekstrak daun tembakau.
Baca juga: BRIN bilang krisis pangan kian nyata di masa depan
Baca juga: BRIN akan melakukan uji coba Observatorium Nasional Timau di pertengahan 2024
Baca juga: Fenomena El Nino bertahan hingga pertengahan 2024
Baca juga: BRIN temukan sumber pestisida nabati dari suku jambu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Intensitas serangan hama meningkat akibat perubahan iklim