Tekanan rendah di laut Andaman picu gelombang tinggi

id gelombang tinggi di ntt,bmkg,ntt,kupang,Tekanan rendah di laut Andaman,Tekanan rendah di Andaman picu gelombang tinggi,g

Tekanan rendah di laut Andaman picu gelombang tinggi

Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau, Ota Welly Jenni Thalo sedang memantau perkembangan cuaca. (ANTARA/Bernadus Tokan)

Saat ini terdapat pusat tekanan rendah (996 hPa) di laut Andaman dan pola sirkulasi udara terpantau di perairan barat Aceh,
Kupang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menyebutkan, tekanan rendah di laut Andaman telah memicu gelombang tinggi di wilayah perairan laut Nusa Tenggara Timur (NTT), dalam beberapa hari terakhir ini.

"Saat ini terdapat pusat tekanan rendah (996 hPa) di laut Andaman dan pola sirkulasi udara terpantau di perairan barat Aceh," kata Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau, Ota Welly Jenni Thalo kepada ANTARA di Kupang, Senin (18/5) terkait penyebab gelombang tinggi di NTT.

Dia menambahkan, pola angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya dari Utara – Timur dengan kecepatan 5 - 20 knot.

Baca juga: Gelombang 6-7 meter landa perairan NTT
Baca juga: Gelombang tinggi berpotensi sambangi perairan NTT


Sedangkan di wilayah selatan Indonesia dari Barat Daya – Barat Laut dengan kecepatan 5 - 25 Knot.

Kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan utara Sabang, perairan barat Aceh, perairan selatan Pulau Jawa, dan Laut Arafuru.

Kondisi inilah yang mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut.

Berdasarkan hasil pemantauan, tinggi gelombang 6.0-7.0 meter terjadi di Samudera Hindia selatan Pulau Sumba hingga Pulau Sabu.

Gelombang setinggi 4.0 – 6.0 meter terjadi di Laut Sawu bagian selatan, Perairan Selatan Kupang – Rote, dan Samudera Hindia selatan Kupang – Rote.

Kondisi ini beresiko tinggi terhadap kapal ukuran besar seperti kapal kargo atau kapal pesiar.

Gelombang setinggi 2.5 – 4.0 meter terjadi di Selat Sape bagian selatan, Selat Sumba, dan Laut Sawu bagian utara yang beresiko tinggi terhadap kapal Ferry.

Serta gelombang 1.25 – 2.5 meter di wilayah Selat Sape bagian utara, Selat Flores – Lamakera, Selata Alor – Pantar, Selat Ombai, dan perairan utara Kupang- Rote yang beresiko tinggi terhadap perahu nelayan dan kal Tongkang.

Kondisi ini diprakirakan akan berlangsung hingga 21 Mei 2020, katanya menambahkan.