PLN menunggu hasil uji laboratorium terkait rumput laut petani Kupang

id Lab, NTT, rumput laut, Kota Kupang

PLN menunggu hasil uji laboratorium terkait rumput laut petani Kupang

Seorang pria menunjukkan rumput laut kering yang rusak di pesisir pantai Aircina desa Lifuleo Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, NTT , Sabtu (20/06/20). .ANTARA FOTO/Kornelis Kaha.

Pada intinya kita akan mengganti jika memang uji lab menunjukkan bahwa rumput laut di pantai Oesina itu terserang penyakit akibat adanya aktivitas pembangunan jembatan di daerah itu
Kupang (ANTARA) - PT PLN Unit Pembangunan Nusa Tenggara mengatakan pihaknya menunggu hasil uji laboratorium mengenai ada tidaknya kaitan antara aktivitas proyek jembatan PLTU Timor 1 tersebut dengan keluhan kerusakan hasil panen rumput laut para petani di pantai Oesina, Desa Lifuleo, Kabupaten Kupang, NTT.

"Pada intinya kita akan mengganti jika memang uji lab menunjukkan bahwa rumput laut di pantai Oesina itu terserang penyakit akibat adanya aktivitas pembangunan jembatan di daerah itu," kata Asisten Manager Komunikasi PT PLN Unit Pembangunan Nusa Tenggara Lalu Irlan Jayadi saat dihubungi ANTARA dari Kupang, Senin, (22/6).

Baca juga: Budidaya rumput laut di Kupang terserang penyakit

Baca juga: Harga rumput laut di Kupang anjlok hingga Rp20 ribu perkilogram


Hal ini disampaikan berkaitan dengan keluhan dari beberapa petani rumput laut di Desa Lifuleo, pantai Oesina terkait dengan budidaya rumput laut mereka terserang oleh penyakit yang diduga berasal dari debu proyek jembatan PLTU yang tidak jauh dari lokasi budidaya rumput laut itu.

Pembangunan  PLTU Timor 1 merupakan PLTU yang berada dibawah Unit Induk Pembangunan PLN Nusa Tenggara. Area kerja dari Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara sendiri mencakup wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

PLTU dengan daya 100 Megawatt itu dibangun untuk memperkuat jaringan kelistrikan di pulau Timor yang meliputi Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Kabupaten Malaka dan Kabupaten Belu.

Irlan mengatakan bahwa semenjak ada keluhan dari para petani rumput laut di desa itu, beberapa tim dari PLTU sudah datang ke pantai Oesina untuk melakukan mediasi, bahkan sudah mengambil sampel dari rumput laut yang diduga terserang penyakit karena jembatan yang dibangun itu.

"Kalau tidak salah sekitar pertengahan Mei  lalu, tim kami sudah mediasi dan sudah ada pengambil sampel. Seharusnya hasil uji laboratorium sudah keluar tetapi karena waktu itu banyak yang libur karena lebaran sehingga belum ada hasilnya sampai sekarang," tutur dia.

Ia pun berharap agar hasil uji lab itu bisa secepatnya keluar sehingga jika terdampak karena pembangunan di kawasan sekitar PLTU maka PLTU akan mengganti rugi. Tetapi ujar dia, jika memang budidaya rumput laut itu terserang penyakit bukan karena pembangunan di sekitar lokasi budidaya itu maka pihaknya juga akan tetap membantu para petani rumput laut itu.

Baca juga: Sentra produksi rumput laut diperkuat untuk ekspor berkelanjutan

"Waktu pertemuan itu juga ada pembicaraan juga bahwa nantinya pihak PLTU akan membeli seluruh hasil panenan rumput laut para petani, walaupun terserangnya budidaya rumput laut itu bukan karena pembangunan di sekitar PLTU," ujar dia.

Ia juga mengatakan bahwa sebenarnya tujuan pembangunan PLTU itu sendiri bukan untuk merugikan masyarakat sekitar. Justru sebaliknya akan membantu meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Karena setelah adanya PLTU itu, jalan sepanjang lima kilometer sudah dibangun dengan aspal hotmix. Disamping itu juga beberapa warga di sekitar PLTU juga sudah dipekerjakan di PLTU tersebut.