Film "A Crude Injustice" di Parlemen Australia

id Dokumenter

Film "A Crude Injustice" di Parlemen Australia

Senator Rachel Siewert dari Partai Hijau Australia (kanan) bersama Ketua Tim Advokasi Rakyat Korban Montara Ferdi Tanoni (kiri). (Foto ANTARA)

"Kami mendukung penuh kebijakan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yang mendesak Pemerintah Australia untuk ikut bertanggungjawab menyelesaikan Petaka Tumpahan Minyak Montara," kata Tanoni.
Kupang (Antara NTT) - Senantor Rachel Siewert dari Partai Hijau Australia menggagas pemutaran film dokumenter A Crude Injustice di Parlemen Australia pada pertengahan bulan ini untuk membuka mata para politisi negeri Kanguru terhadap tragedi kemanusiaan yang dialami rakyat NTT.

"Kami sangat bangga dengan inisiatif Senator Siewert tersebut, karena pemutaran film tersebut untuk mengenang delapan tahun tragedi kemanusiaan tumpahan minyak di Laut Timor akibat meledekannya anjungan minyak Montara pada 2009," kata Ketua Tim Advokasi Rakyat Korban Montara Ferdi Tanoni kepada pers di Kupang, Minggu.

Film dokumenter A Crude Injustice mengisahkan tentang tragedi tumpahan minyak yang menimpa rakyat di wilayah pesisir kepulauan Nusa Tenggara Timur yang telah kehilangan mata pencaharian sebagai petani rumput laut maupun sebagai nelayan akibat wilayah perairan setempat terkontaminasi dengan tumpahan minyak mentah, bercampur zat kimia timah hitam dan bubuk kimia sangat beracun dispersant.

Kehidupan ekonomi dan kesehatan masyarakat pesisir Nusa Tenggara Timur mengalami sebuah titik balik yang memilukan, sehingga dengan pemutaran film A Crude Injustice diharapkan dapat membuka mata hati para politisi dan pemerintah Australia untuk menyelesaikan masalah tersebut.

"Kami juga merasa bangga dan mendukung penuh kebijakan Pemerintah Indonesia yang ditegaskan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yang mendesak Pemerintah Australia untuk ikut bertanggungjawab menyelesaikan Petaka Tumpahan Minyak Montara tersebut," kata Tanoni.

"Lewat film dokumenter tersebut, kami berharap para politisi yang berada di Gedung Parlemen Australia dapat terurai hatinya untuk bersama pemerintah negeri itu ikut bertanggungjawab menyelesaikan tragedi Montara yang sudah delapan tahun berlalu itu," tambahnya.

Menurut Tanoni, kegiatan yang diprakarsai Senator Siewert itu sangat menarik untuk membuka mata dan telinga para politisi Australia tentang petaka kemanusiaan dan lingkungan yang maha dahsyat di Laut Timor pada delapan tahun lalu.

"Senator Rachel Siewert sejak awal kejadian hingga hari ini tetap tegak berdiri bersama kami untuk mengungkap sebuah kebenaran yang ditutup-tutupi oleh Pemerintah Australia terkait dengan tumpahan minyak tersebut," katanya.

Ia menambahkan berbagai upaya keras telah dilakukan hingga saat ini meski terus menuai berbagai rintangan dan tantangan yang tidak ringan.

"Berbagai upaya keras yang kami lakukan ini tidak hanya untuk mencari sebuah keadilan bagi lebih dari 100.000 rakyat NTT yang menjadi korban Montara".

"Namun, lebih dari itu, kami mau menyatakan kepada dunia dan khususnya Australia dan berbagai pihak yang berseberangan dengan kami bahwa kami bukanlah warga dunia kelas tiga, sehingga hak dan kepentingan kami dirampas begitu saja," ujar Pemegang Mandat Hak Ulayat Masyarakat Adat Atas Laut Timor itu.

Tanoni menegaskan dengan seizin Tuhan Yang Maha Kuasa "Kami tidak akan pernah berhenti bersuara hingga mendapatkan sebuah keadilan secara menyeluruh dan komprehensif".