Labuan Bajo (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Penjaitan mengatakan, simulasi protokol kesehatan, keselamatan dan keamanan (3K) yang digelar di Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan bahwa Indonesia sudah siap menghadapi keadaan terburuk.
"Simulasi ini telah menunjukkan bahwa kita sudah siap untuk menghadapi keadaan-keadaan terburuk, baik masalah keamanan, keselamatan dan kesehatan," kata Luhut Binsar Penjaitan di Labuan Bajo, Kamis (12/11).
Dia mengemukakan hal itu usai menyaksikan kegiatan simulasi protokol kesehatan, keselamatan dan keamanan yang berlangsung di Labuan Bajo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Simulasi protokol 3K ini meliputi tiga skenario, yaitu bencana gempa bumi dan tsunami di Perairan Pede, serangan jantung di Pulau Komodo, dan operasi SAR kapal terbakar tenggelam di perairan Labuan Bajo.
Simulasi yang berlangsung secara simultan itu diawali dengan pengaktifan sistem peringatan dini dari BMKG terkait gempa dan potensi tsunami.
Tim dari BPBD pun memberikan peringatan kepada masyarakat yang ada di sepanjang Pantai Pede untuk mengosongkan pantai dan menyelamatkan diri dengan berlari ke titik pertemuan yang berada di area perbukitan, sekitar 400 meter dari garis pantai tersebut.
Karena panik, ada dua wisatawan yang terjatuh dan tertinggal. Tim SAR pun beraksi mengevakuasi kedua wisatawan tersebut.
Skenario dilanjutkan pada kasus kedua, yaitu serangan jantung yang dialami turis asing saat berwisata di Pulau Komodo.
Skenario ini bermula ketika rombongan turis tersebut menyewa kapal dari Pelabuhan Labuan Bajo bersama pemandu wisata. Sampai di Pulau Komodo, mereka disambut para Ranger Komodo yang menyampaikan protokol kesehatan, keselamatan, dan keamanan sebagai pedoman kepada para turis selama berada di Pulau Komodo.
Tiba-tiba, seorang turis mendapat serangan jantung. Beruntung, beberapa Ranger Komodo yang pernah mendapatkan pelatihan Medical First Responder (MFR) dari Basarnas segera bertindak.
Mereka memberikan pertolongan dengan memberikan Resusitasi Jantung Paru (RJP), selanjutnya menstabilkan tubuh korban. Bersamaan dengan itu, mereka mengaktifkan Personal Local Beacon (PLB) yang diterima satelit Meolut yang langsung termonitor di Basarnas Command Center (BCC) Kantor Pusat Basarnas, Jakarta.
Baca juga: Presiden apresiasi simulasi Labuan Bajo
Baca juga: Presiden anugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh
Sinyal distress yang terdeteksi itu, lengkap dengan posisi koordinatnya, kemudian diteruskan ke Kantor SAR Maumere. Kepala Kantor SAR Maumere selaku SAR Mission Coordinator (SMC) langsung mengaktifkan operasi SAR.
SMC menghubungi Polres Manggarai Barat untuk meminta tim helikopter yang kebetulan sedang berpatroli untuk mengevakuasi korban. Koordinasi berlangsung cepat dan korban berhasil dievakuasi ke RS di Labuan Bajo.
Dan skenario ketiga, tentang kecelakaan kapal terbakar dan tenggelam di teluk Labuhan Bajo. Diceritakan, kapal yacht bernama Azymut berpenumpang 10 wisatawan asing dan tiga kru kapal berangkat dari Labuan Bajo hendak menuju Pulau Komodo.
Dalam perjalanan, mesin kiri yacht terbakar, kemudian meledak hebat. Kapal perlahan-lahan tenggelam. Saat itulah, 13 penumpang kapal tersebut panik. Satu persatu mereka terjun ke laut dengan mengenakan pelampung.
Mereka berusaha menjauhi kobaran api, menghindari ledakan susulan. Seorang crew yang menyadari kondisinya, segera mengaktifkan Emergency Position Indicating Radio Beacon (EPIRB).
Pancaran sinyal dari EPIRB tersebut diterima BCC yang langsung diteruskan ke Kantor SAR Maumere. Kepala Kantor SAR Maumere I Putu Sudayana pun mengaktifkan operasi SAR. Informasi tersebut disampaikan kepada Potensi SAR yang ada di Posko Terpadu.
Helikopter Basarnas HR-3603 yang berada di atas KN SAR Purworejo segera terbang membawa tim penyelamat. Sampai di lokasi, dua kru tim penyelamat meloncat bebas untuk menolong dua korban yang sudah dalam keadaan kritis.
Helikopter Basarnas satunya, HR-3606 yang berada di Bandara Komodo juga segera terbang. HR-3606 menarik korban dengan hoist untuk selanjutnya dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Bersamaan dengan itu, kapal cepat dari Potensi SAR, diantaranya dari AL, Polairut, dan KPLP mengevakuasi 11 korban lainnya. Simulasi dengan durasi waktu sekitar 45 menit itu pun selesai.
Simulasi 3K tunjukkan RI siap hadapi tantangan
Simulasi ini telah menunjukkan bahwa kita sudah siap untuk menghadapi keadaan-keadaan terburuk, baik masalah keamanan, keselamatan dan kesehatan,