Kupang (Antaranews NTT) - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah bertahun-tahun terus memperjuangkan agar daerah ini bisa mendapat layanan penerbangan langsung internasional.
"Ini penting mengingat daerah kita sedang semangat-semangatnya membangun sektor pariwisata yang telah mendunia," kata Gubernur NTT Frans Lebu Raya.
Poin ini selalu diutarakan gubernur dua periode tersebut dalam berbagai kesempatan, ketika bertemu dengan pihak-pihak terkait seperti managemen maskapai penerbangan dalam negeri, Kementerian Perhubungan, maupun pejabat perwakilan dari negara lain yang datang ke NTT.
Seperti dalam perayaan HUT ke-59 Provinsi NTT pada 20 Desember 2017 di Kupang, yang dihadiri sejumlah senator dari Northern Territory, Australia, gubernur pun secara terbuka memohon dukungan agar layanan penerbangan Kupang-Darwin bisa direalisasikan.
"Teman-teman senator dari Darwin (Northern Territory) kami mohon dukungan supaya bisa dibuka jalur penerbangan Kupang-Darwin dan sebaliknya," katanya.
Hal itu disampaikannya pula kepada Konsulat Timor Leste yang hadir pada kesempatan itu, agar bersama-sama mewujudkan layanan penerbangan langsung yang menghubungkan tiga kota beda negara yaitu Kupang-Dili-Darwin.
Menurut Lebu Raya, pariwisata di provinsi berbasiskan kepulauan itu sudah mendunia dengan salah satu destinasi unggulannya yaitu Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo yang memiliki satwa Komodo sebagai salah satu keajabian dunia (new seven wonders).
Tidak hanya itu, berbagai destinasi wisata lainnya juga telah menyedot perhatian dunia seperti tempat berselancar di Pulau Rote, taman laut di Alor, Flores Timur, dan Maumere, wisata gunung api Ile Batu Taran yang berada di tengah laut di Lembata, danau tiga warna Kelumutu di Ende, wisata alam dan budaya di Pulau Timor, hingga tradisi pasola dan kekayaan megalitik di Pulau Sumba dan lainnya.
"Banyak destinasi di NTT telah mendapat prestasi dan dari waktu ke waktu semua destinasi wisata yang cantik dan unik ini terus diincar wisatawan domestik dan macanegara," katanya.
Geliat pariwisata di provinsi "Selaksa Nusa" itu pada prinsipnya harus berdampak nyata menguntungkan perekonomian masyarakat di daerah wisata, dengan cara menyedot sebanyak mungkin kunjungan wisatawan untuk datang sehingga mendongkrak roda perekonomian di daerah ini melalui belanja wisata.
Namun lancarnya arus kunjungan wisatawan ke daerah setempat sangat tergantung pada kemudahan akses moda transportasi menunju ke provinsi itu, salah satunya transportasi udara.
Untuk itulah, gubernur memandang penting dukungan penerbangan langsung internasional ke sejumlah titik pintu masuk seperti Kota Kupang sebagai ibu kota provinsi maupun Labuan Bajo di Pulau Flores.
Adanya penerbangan internasional akan sangat memudahkan wisatawan mancanegara untuk datang karena lebih efektif dari sisi waktu berwisata dan biayanya pun lebih efisien.
"Dibandingkan selama ini wisatawan asing yang ke NTT masih harus lewat Bali atau Jakarta, sehingga lebih lama yang kemudian berdampak pada waktu kunjugan yang singkat di sini," katanya.
Terwujud
Meskipun banyak rute penerbangan internasional yang diperjuangkan belum terwujud, namun Gubernur Lebu Raya mengaku mengapresiasi salah satu rute di antaranya sudah direalisasikan sejak 15 Desember 2017 lalu yakni rute Kupang-Dili, ibu kota negara Timor Leste.
"Layanan rute ini patut diapresasi karena ini sebagai langka awal yang mendukung kerja sama segitiga ekonomi Kupang-Dili-Darwin yang selama ini kita upayakan," kataya.
Penerbangan Kupang-Dili (pergi-pulang) dilakukan dengan pola sewa (charter) ini terealisasi melalui kerja sama Maskapai Timor Air di Timor Leste dengan PT TransNusa Aviation Mandiri menggunakan jenis pesawat ATR72-600 berkapasitas 70 kursi.
"Layanan rute penerbangan ini berlangsung tiga kali seminggu, yaitu setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat," kata General Manager Air Timor Andisuari Dewi di Kupang.
Menurutnya, sudah sejak lama telah ditunggu masyarakat Timor Leste dan mendapatkan dukungan yang sangat baik dari pemerintah di negara yang baru merdeka pada 2002, setelah hampir 23 tahun lamanya menjadi bagian dari provinsi ke-27 Indonesia.
"Hadirnya rute baru ini secara tidak langsung telah membuat konektivitas tiga wilayah Kupang-Dili-Darwin terhubung," katanya dan menambahkan mengingat sudah ada layanan rute penerbangan Darwin-Dili yang berlangsung secara terjadwal dua kali sehari pada pagi dan sore, sehingga wisatawan dari Autralia yang hendak ke NTT bisa langsung disesuaikan dengan jadwal Kupang-Dili.
Selain itu, wisatawan mancanegara dari negara lain seperti Singapura juga bisa masuk ke NTT melalui Dili karena rute Dili-Singapura sudah terkoneksi dengan jadwal penerbangan dua kali seminggi pada Rabu dan Sabtu.
"Para penumpang dari Kupang menuju Singapura bisa melalui Dili, karena pesawat kami dari Kupang sampai di Dili sekitar Pukul 13.30 penerbangan kami dari Dili ke Singapura itu Pukul 03.25," katanya Andisuari menjelaskan.
Hadinya rute ini diharapkan dapat mendukung konektivitas antarwilayah secara cepat dengan waktu penerbangan Kupang-Dili sekitar satu jam, dibandingkan jika melalui jalan darat maka membutuhkan waktu hingga 10 jam.
"Dengan begitu wisatawan mananegara yang masuk dan keluar dan masuk ke NTT menjadi lebih mudah dan cepat dalam hitungan jam," katanya.
Garuda jadi pionir
Hadirnya rute penerbangan Kupang-Dili yang diprakarsai Maskapai Timor Air milik negara tetangga itu, di sisi lain memberi tantangan tersendiri bagi maskapai dalam negeri untuk membuka konektivitas rute penerbangan internasional lainnya di NTT.
"Masih banyak rute penerbangan internasional lainnya yang terus kami perjuangkan seperti Kupang-Darwin dan kami berharap maskapai dalam negeri bisa menjadi pionir," kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu.
Ia menyebut, salah satu maskapai yang diharapkan bisa menjawab tantangan melayani rute baru internasional yakni Garuda Indonesia yang merupakan maskapai milik pemerintah atau plat merah.
Maskapai Garuida, lanjutnya, memang tidak lama lagi juga melayani rute penerbangan internasional pertamannya di NTT yakni Kupang-Dili, namun ia berharap bisa diadakan pula untuk rute lainnya seperti Kupang-Darwin.
Selain itu, pemerintah setempat juga terus mendorong agar rute internasional dari sejumlah wilayah negara lain dari Perth, Sidney, Singapura, Malaysia, Jepang, Tiongkok, menuju ke salah satu daerah di provinsi itu seperti Kupang ataupun Labuan Bajo agar bisa terlayani di masa mendatang.
Jika penerbangan internasional dari berbagai negara itu terlayani misalnya menuju Kupang, maka sudah sangat memudahkan arus kunjungan wisatawan, katanya.
Karena para wisatawan bisa langsung menyebar dengan mudah ke berbagai destinasi di daerah karena penerbangan lokal dari Kupang sudah terkoneksi dengan 14 bandara yang menyebar di provinsi itu.
"Misalnya wisawatan dari Singapura yang mau menyelam di taman laut Alor maka ia bisa berkunjung dengan mudah dan cepat karena transit pesawat di Kupang bisa langsung menuju Alor," katanya.
Marius mengakui, perjuangan mewujudkan rute penerbangan langsung itu muaranya sangat bergantung pada kebijakan pemerintah pusat karena menyangkut urusan antarnegara.
Untuk itulah, dalam berbagai kesempatan ia selalu meminta dukungan pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan bersama pihak maskapai penerbangan untuk merealisasikannya.
Semua upaya itu, katanya, untuk mendukung program pemerintah yang menjadikan sektor pariwisata sebagai unggulan (leading sector) perekonomian nasional.
"NTT dengan beraneka kekayaan pariwisata yang tersimpan di dalamnya tentu bisa berkontribusi besar untuk negara, karena itu upaya membuka keterisoliran transportasi perlu mendapat dukungan yang memadai," ujar Marius.