Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat mendorong agar Bank NTT menjadi bank devisa karena perkembangan investasi yang masuk ke provinsi berbasis kepulauan ini semakin meningkat.
“Kita berharap Bank NTT menjadi bank devisa karena Bank NTT memiliki ruang yang cukup untuk bertransaksi dimana saja," kata Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat seperti dalam keterangan tertulis Humas Bank NTT yang diterima di Kupang, Sabtu, (17/7).
Gubernur NTT mengatakan hal itu saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores.
Menurut Viktor, apabila semua kabupaten/kota di Provinsi NTT melakukan perdagangan dengan luar negeri maka Bank NTT bisa membuka letter of credit (L/C) sebagai jaminan bahwa transaksi itu dapat dibayar oleh Bank NTT.
Orang nomor satu di Provinsi NTT ini mengakui bahwa saat ini kondisi Bank NTT harus terus dibenahi.
"Kalau hari ini bank NTT sedang berbenah. Mungkin dulunya tidak maksimal namun saat ini sudah baik kondisinya. Para direksi harus bekeja keras lagi agar Bank NTT menjadi Bank yang kuat," kata Viktor Bungtilu Laiskodat dihadapan Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do, Direktur Utama Bank NTT, Harry Alex Riwu Kaho, Direktur Kepatutan, Hilarius Minggu, Direktur Pemasaran Kredit, Paulus Stefen Messakh, Direktur Umum, Johanes Landu Praing,
Gubernur Viktor optimis bahwa Bank NTT yang sudah berusia 59 tahun itu terus bertumbuh menjadi bank kebanggaan masyarakat NTT.
"Bank NTT harus naik kelas menjadi buku 2, sehingga sebagai pemegang saham termasuk para bupati, pasti senang apabila Bank NTT memiliki prospek yang baik," tegas Viktor.
Baca juga: Bank NTT gelar RUPS bahas modal inti Rp3 triliun
Gubernur Viktor mengajak seluruh bupati dan Wali Kota Kupang di Provinsi NTT untuk tidak segan-segan menyimpan uang di Bank NTT.
Baca juga: Gubernur minta perbankan serius bangun perekonomian NTT
Menurutnya, apabila para bupati menginginkan Bank NTT menjadi lebih baik maka mereka diminta menyetor modal dari APBD dalam bentuk giro di Bank NTT dan melakukan pinjaman dengan bunga 7 persen untuk pembangunan infrastruktur.