Nelayan Pole and Line memilih tidak melaut

id Wahab

Nelayan Pole and Line memilih tidak melaut

Humas HNSI Kota Kupang Abdul Wahab Sidin (Foto ANTARA/Laurensius Molan)

Para nelayan di Kota Kupang yang menggunakan kapal Pole and Line memilih tak melaut akibat masih ganasnya wilayah perairan Nusa Tenggara Timur dalam beberapa pekan terakhir.
Kupang (Antaranews NTT) - Para nelayan di Kota Kupang yang menggunakan kapal Pole and Line memilih tak melaut akibat masih ganasnya wilayah perairan Nusa Tenggara Timur dalam beberapa pekan terakhir.

"Kalau kapal-kapal mini purse seine yang hanya mencari ikan di sekitaran perairan Kupang tetap melaut meski cuaca buruk," kata Humas Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Kupang Abdul Wahab Sidin di Kupang, Senin.

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan cuaca buruk yang melanda wilayah perairan Nusa Tenggara Timur yang berujung pada tidak beroperasinya kapal-kapal nelayan di Pulau Timor.

Wahab mengatakan tak jalannya kapal-kapal nelayan jenis Pole and Line itu juga karena memang sudah ada imbauan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kupang soal kondisi cuaca di wilayah NTT saat ini.

Ia mengaku para nelayan yang menggunakan kapal jenis Pole and Line tak ada satu pun yang berani melaut di saat cuaca buruk seperti saat ini, apalagi tinggi gelombang di wilayah perairan selatan Pulau Timor, NTT berkisar antara 4 - 7 meter.

Akibat tak beroperasinya kapal-kapal Pole and Line tersebut ikut memicu berkurangnya penjualan ikan segar, seperti cakalang dan ekor kuning di pasaran ikan Kota Kupang.

Tak hanya itu, harga ikan pun mengalami kenaikan yang cukup fantastis jika dibandingkan dengan situasi normal, yakni dari Rp50.000/ekor menjadi Rp100.000/ekor.

"Hasil tangkapan nelayan pun berkurang. Ini juga yang mengakibatkan harga ikan di pasaran mengalami kenaikan yang tak tanggung-tanggung," ujarnya.

BMKG Stasiun Meteorologi El Tari Kupang telah mengeluarkan imbauan dan peringatan kepada perusahan pelayaran dan nelayan untuk mewaspadai amukan gelombang setinggi tujuh meter di perairan Laut Timor selatan Nusa Tenggara Timur.

"Gelombang setinggi tujuh meter juga akan terjadi di Samudera Hindia di selatan Nusa Tenggara Timur mulai 28-30 Januari 2018," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG El Tari Kupang Ota Welly Jenni Thalo.

BMKG juga memprakirakan gelombang 5-6 meter terjadi di Laut Sawu, perairan selatan Kupang hingga Pulau Rote dan perairan selatan Pulau Sumba. Sementara gelombang setinggi 3-3,5 meter berpotensi terjadi di Selat Sumba dan perairan utara Pulau Flores.

Gelombang setinggi 2,5 -3 meter juga berpotensi terjadi di Selat Flores, Selat Sape, Selat Lamakera, Selat Boleng, Selat Alor, Selat Wetar, Selat Ombai dan perairan utara Pulau Flores.