Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur Ganef Wurgiyanto mengungkapkan pemerintah setempat mengembangkan dua kultur jaringan rumput laut di Kabupaten Kupang dan Sumba Timur untuk menghasilkan bibit rumput laut yang unggul.
"Kultur jaringan ini untuk menghasilkan indukan atau bibit-bibit rumput laut yang nantinya disebarkan ke 22 kabupaten/kota untuk dibudidayakan," kata Ganef Wurgiyanto saat dihubungi Antara di Kupang, Jumat (20/4).
Mantan Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP NTT itu menjelaskan pengembangan kultur jaringan di Sumba Timur didukung pemerintah pusat, sementara pemerintah provinsi mengembangkannya di Kabupaten Kupang.
Kultur jaringan merupakan upaya membudidayakan jaringan tanaman menjadi tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan induknya
Pada tahun 2018, lanjutnya, pengembangan diutamakan untuk memperbanyak indukan rumput laut yang selanjutnya disalurkan ke klaster-klaster rumput laut yang sudah dirancang.
"Fungsi kultur jaringan ini untuk menyediakan bibit-bibit atau indukan rumput laut yang unggul dan tersertifikasi dalam jumlah banyak," katanya.
Baca juga: Australia Kabulkan Lagi Gugatan Petani Rumput Laut
Ia menjelaskan pengembangan rumput laut di NTT sendiri sudah dirancang berdasarkan lima klaster di antaranya Klaster Kupang meliputi wilayah Pulau Timor dan Rote, Klaster Sumba Timur meliputi seluruh wilayah Pulau Sumba.
Selain itu, Klaster Lembata meliputi Kabupaten Alor, Kabupaten Lembata, Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka, serta Klaster Manggarai meliputi sejumlah kabupaten di bagian barat Pulau Floresdari Manggarai Barat hingga Ende.
"Nantinya satu bibit unggul diperbanyak misalnya menjadi 1.000 bibit di kultur jaringan ini kemudian disalurkan ke klaster-klaster yang ada," katanya.
Ganef mengatakan, pihaknya telah menggelar rapat kerja daerah bersama dinas terkait dari 22 kabupaten/kota untuk menyelaraskan program kegiatan pengembangan rumput laut di masing-masing daerah.
Salah satu setiap kabupaten/kota, lanjutnya, yakni mengajak dan memfasilitasi masyarakatnya untuk turun ke laut dan melakukan budidaya rumput laut.
Ia menambahkan provinsi setempat memiliki potensi rumput laut yang cukup besar mencapai 51.000 hektare. Namun pengelolaannya belum maksimal karena baru digarap sekitar 15 persen dari potensi yang ada.
"Untuk itu melalui pengembangan kultur jaringan, pembagian klaster, dan memfasilitasi masyarakat ini diharapkan pengelolaannya menjadi maksimal dan semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan potensi yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan mereka," katanya.