Dinkes NTT: Waspadai Penyakit Musim Pancaroba

id saluran pernapasan, demam berdarah, diare

Kupang (Antara NTT) - Kepala Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur dr Stef Bria Seran MPH meminta masyarakat di wilayah ini mewaspadai penyakit musim pancaroba seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), diare dan demam berdarah dengue (DBD).

"Tiga jenis penyakit ini biasanya muncul pada peralihan dari musim kemarau ke musim hujan dimana pada saat itu air bersih sulit didapat, lingkungan yang kurang bersih, debu beterbangan sehingga rentan terserang penyakit-penyakit tersebut," katanya di Kupang, Rabu.

Menurut dia, penyakit ISPA, diare dan DBD kebanyakan menyerang anak-anak, sehingga orangtua perlu memperhatikan kondisi fisik anak-anak dengan asupan gizi serta istirahat yang cukup.

Penyebabnya lainnya, ketika cuaca panas dan kering, banyak debu dan angin yang bercampur kotoran dan kuman, sehingga jika dihirup akan menyebabkan kotoran itu masuk ke tubuh dan timbul infeksi.

Selain itu, katanya, ketika kondisi udara panas, tubuh akan mengalami penguapan yang lebih banyak dari biasanya sehingga kondisi dan daya tahannya lemah.

"Ini menyebabkan tubuh mudah rentan terhadap berbagai penyakit," katanya dan menambahkan jika keadaan tersebut terus berlanjut tanpa adanya penanganan, akan berakibat terserangnya tubuh oleh berbagai penyakit.

Ia menambahkan pihaknya terus melakukan penyuluhan pencegahan penyakit dini kepada petugas kesehatan di puskesmas masing-masing kecamatan yang ada di NTT.

Jumlah kematian akibat penyakit demam berdarah dengue di Kota Kupang, meningkat dari hanya tiga orang pada awal 2011 menjadi enam orang pada 2012.

Penderita DBD di ibu kota Provinsi NTT ini juga meningkat dari 150 orang pada 2011 menjadi 192 orang pada 2012.

Sementara angka kesakitan malaria di NTT berdasarkan jumlah "positive parasite" rata-rata 25/1000 orang atau lima kali lebih tinggi dari standar nasional yang hanya 5/1000.

Menurut dia, kasus malaria masih tergolong tinggi di NTT. Bahkan NTT merupakan salah satu provinsi di kawasan timur Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian malaria tertinggi bersama-sama dengan Papua dan Maluku.

"Malaria dapat mengakibatkan anemia berat pada ibu hamil yang dapat berakibat fatal berupa kematian janin, keguguran, berat bayi lahir rendah dan bahkan kematian ibu hamil jika terja di malaria celebral yang menyerang otak," katanya.

Ia mengatakan saat ini angka kesakitan malaria pada ibu hamil dan bayi adalah 30 per 1000 untuk ibu hamil dan 46 per 1000 di kalangan bayi, jauh di atas standar maksimum nasional 5/1000.