"Kami sedang berkoordinasi dengan operator kapal ternak, yakni ASDP dan Pelni, supaya kalau bisa kapal dimanfaatkan juga untuk mengangkut pakan dari Pulau Jawa, karena kapal dari Jawa dalam keadaan kosong," kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Dany Suhadi kepada wartawan di Kupang, Selasa (21/8).
Dia mengemukakan hal itu berkaitan dengan respon pemerintah terhadap keluhan peternak, khususnya ternak babi, yang mengaku harga pakan terlalu tinggi, sehingga menyulitkan mereka untuk mengembangkan ternak babi dalam skala besar.
Selama ini, para peternak babi lebih memilih memelihara babi dengan pola tradisional yakni menggunakan pakan dari dedak padi, daun-daunan, serta umbian-umbian.
Akibatnya, waktu pemeliharaan di atas dua tahun baru bisa dijual ke pasaran. Itupun dengan harga yang tidak menguntungkan secara ekonomis.
Baca juga: Artikel - Kisah bidan ternak babi di Sumba Barat Daya
Padahal, jika pemeliharaannya menggunakan pakan dari pabrik, maka waktu pemeliharaan hanya berlangsung 6-7 bulan, dan harga jual pun sama dengan waktu pemeliharaan selama 1,5-2,5 tahun.
Dany Suhadi mengatakan, telah mendengar keluhan dari peternak dan saat ini tengah berupaya membangun komunikasi agar kapal ternak yang datang dari Jawa dan Kalimantan untuk mengangkut ternak bisa mengangkut pakan untuk dibawa ke NTT.
"Memang perlu ada koordinasi yang baik, karena kapal harus singgah di Surabaya untuk mengangkut pakan, sebelum ke NTT," katanya.
Jika upaya ini bisa terlaksana, maka harga pakan ternak bisa sama dengan di Pulau Jawa atau selisihnya tidak jauh seperti yang terjadi selama ini. Saat ini ada dua kapal ternak yang masuk ke NTT untuk mengangkut ternak dan dibawa ke Pulau Jawa dan Kalimantan.
Baca juga: KM Camara Nusantara singgahi Atapupu dan Wini
