IBI dorong peran bidan atasi masalah kekerdilan

id IBI,stunting,kekerdilan,bidan,sikka,NTT

IBI dorong peran bidan atasi masalah kekerdilan

Ketua IBI Cabang Sikka Martina Pali dalam kegiatan musyawarah IBI Ranting Kopeta di Aula SMAN 2 Maumere, Kamis (5/5/2022). ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi

Bidan memiliki peran atasi kekerdilan dimulai dari persiapan calon pengantin, asuhan ibu hamil dan bayi baru lahir, serta perawatan ibu nifas...
Labuan Bajo (ANTARA) - Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Sikka mendorong peran bidan dalam mengatasi permasalahan kekerdilan (stunting) yang terjadi di wilayah Kabupaten Sikka, NTT.

"Bidan memiliki peran atasi kekerdilan dimulai dari persiapan calon pengantin, asuhan ibu hamil dan bayi baru lahir, serta perawatan ibu nifas," kata Ketua IBI Cabang Sikka Martina Pali ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Jumat, (6/5).

Peran bidan yang dimulai dari calon pengantin ialah persiapan calon pengantin. Bidan harus mendata sasaran calon pengantin, lalu melakukan edukasi, sosialisasi, serta pemaparan materi saat kursus perkawinan di gereja. Tentu tujuannya mempersiapkan calon pengantin untuk menjadi ibu sehat dalam merencanakan kehamilan.

Bagi ibu hamil, bidan harus melakukan asuhan berupa pemeriksaan kehamilan dengan standar, serta konseling perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. Bagi ibu hamil yang mengalami komplikasi harus dirujuk ke fasilitas kesehatan memadai dan persalinan harus terjadi di fasilitas kesehatan.

Berikutnya, bidan berperan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir secara komprehensif baik di puskesmas, polindes, atau rumah. Bidan harus memberikan imunisasi bayi, deteksi tumbuh kembang bayi, dan asuhan lain sesuai dengan kondisi saat itu. Terakhir, bidan harus memberikan perawatan bagi ibu nifas sesuai standar.

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, prevalensi kekerdilan tahun 2020 sebesar 19,6 persen, menurun menjadi 18,2 persen pada tahun 2021 dan menurun lagi menjadi 17,2 persen pada tahun 2022.

Berbagai upaya dilakukan IBI Cabang Sikka agar bidan mengoptimalkan perannya dalam membantu pengentasan masalah kekerdilan tersebut. IBI Sikka pun menghadirkan inovasi tentang gerakan keluarga sadar sehat dalam sapaan edukasi. Nantinya sapaan bidan akan bernuansa edukasi setiap kali bertemu ibu hamil atau orang tua balita. Sedangkan edukasi kelompok dilakukan setiap hari Jumat.

Dia mengatakan bidan terlibat dalam pengukuran panjang badan atau tinggi badan anak di posyandu karena ketiadaan petugas gizi di desa. Hal itu menyebabkan bidan memiliki beban kerja tinggi dan ganda karena hanya bidan yang bertugas di desa atau kelurahan. Oleh karena itu, bidan dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.

Sebuah inovasi lain yang dilakukan Martina dan dapat diadopsi ke desa dan kelurahan ialah rumah pemulihan stunting. Di sana mereka melakukan uji coba pemberian makan kepada 32 anak dengan hasil yang baik. Dalam rumah pemulihan stunting, setiap anak mendapatkan satu butir telur selama 180 hari. Telur tidak bagikan langsung melainkan diolah dan dimodifikasi dengan bahan makanan lain. Namun, menu telur wajib diberikan hingga selama 180 hari.

Sebagai sebuah organisasi kesehatan, kata dia, IBI sangat mendukung program pemerintah pada sektor kesehatan khususnya program kesehatan ibu dan anak yang menjadi program prioritas nasional.
Namun, karena keterbatasan finansial dalam melakukan intervensi, maka IBI berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan dan lintas sektor untuk mendukung percepatan penurunan kekerdilan di Sikka.

Dia mengakui bahwa masyarakat belum memahami dengan benar cara mencegah dan menangani anak yang mengalami gagal tumbuh atau kekerdilan. Oleh karena itu bidan dan petugas gizi dapat bekerja sama dalam melakukan pendekatan persuasif. Jika informasi yang diberikan menyeluruh dan jelas, dia yakin masyarakat akan paham dan menerapkan hal baru tersebut di rumah masing-masing.

"Saat ini diharapkan orang tua dapat membawa anaknya untuk mendapatkan makanan tambahan yang telah disiapkan di masing-masing desa dan kelurahan," pinta Martina.

Baca juga: DPRD NTT minta penanganan stunting menyentuh akar masalah

Baca juga: Pemprov sebut 8.000 anak masih mengalami kekerdilan di NTT