Kupang (AntaraNews NTT) - Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) Nusa Tenggara Timur Abed Frans mengharapkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui tanggungjawab sosial perusahaan (CSR--Corporate Social Responsibility) dapat membantu pembangunan kembali Kampung Adat Gurusina yang terbakar.
"Kami berharap semoga ada beberapa BUMN yang peduli terhadap pelestarian peninggalan budaya di Gurusina yang sangat berharga," kata Abed Frans ketika dihubungi Antara di Kupang, Rabu (29/8).
Ia mengatakan, Kampung Adat Gurusina memang tidak sepopuler seperti Wae Rebo maupun Bena di Kabupaten Ngada, namun Gurusina merupakan salah satu kampung adat yang tertua di Pulau Flores.
Menurut dia, Kampung adat Gurusina juga cukup banyak didatangi wisatawan khususnya wisatawan mancanegara yang ingin menggali informasi mengenai budaya lokal yang masih lestari.
"Teman-teman operator tur yang banyak memiliki market dari luar seperti Eropa dan Amerika, kebanyakan ada paket-paket budaya ke desa-desa adat termasuk Gurusina," katanya.
Baca juga: Dispar NTT ajak BUMN bantu kampung adat
"Tentunya untuk membangun kembali tidak menggunakan bahan-bahan seperti beton dan lainnya namun tetap dengan bahan-bahan tradisional dari alam seperti sedia kalanya," katanya.
Ia menambahkan, sebagai pelaku wisata, pihaknya sangat prihatin dengan musibah kebakaran Kampung Adat Gursina itu, dan berharap tidak terjadi pada kampung-kampung adat lain yang menyebar di seluruh NTT.
Sebelumnya, terdapat 27 dari jumlah total sebanyak 33 rumah adat di Kampung Gurusina di Desa Watumanu, Kecamatan Jerebu`u, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, ludes terbakar dalam musibah yang terjadi pada Senin (13/8) lalu.
Nilai kerugian akibat kebakaran itu diperkirakan mencapai lebih dari Rp5,4 miliar dengan perhitungan kebutuhan dana sekitar Rp200 juta untuk membangun kembali satu rumah adat.
Baca juga: Kerugian akibat terbakarnya kampung adat Gurusina ditaksir Rp5,4 miliar

