Hong Kong (ANTARA) - Pasar saham Asia menghadapi awal yang tidak pasti pada perdagangan Senin, (23/5) pagi, karena kekhawatiran inflasi yang terus-menerus dan prospek kenaikan suku bunga menghambat prospek ekonomi global, yang tetap terperosok dalam sentimen negatif.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,04 persen, setelah ekuitas AS mengakhiri sesi akhir peka lalu dengan kenaikan tak berarti untuk hari itu. Indeks MSCI jatuh 3,6 persen sejauh bulan ini.
Pada awal perdagangan, saham Australia naik 0,2 persen, sementara indeks saham Nikkei Jepang naik 0,85 persen.
Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun menguat menjadi 2,7883 persen dari penutupan AS di 2,787 persen pada Jumat (20/5/2022).
Imbal hasil obligasi dua tahun, yang naik bersama ekspektasi pedagang untuk suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 2,5869 persen, dari sebelumnya di 2,583 persen.
Ketidakpastian dalam sentimen pasar minggu ini mengikuti sedikit kenaikan S&P 500 pada Jumat (20/5/2022) hanya 0,01 persen. Sementara Nasdaq turun 0,30 persen dana Dow Jones Industrial Average naik 0,03 persen.
Terlepas dari kenaikan marjinal, indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat kerugian tujuh minggu berturut-turut, penurunan beruntun terpanjang sejak akhir gelembung dotcom pada 2001.
Indeks Dow mengalami penurunan mingguan kedelapan berturut-turut, terpanjang sejak 1932 selama Depresi Hebat (Great Depression).
Tekanan inflasi tetap menjadi perhatian utama bagi investor, mengingat angka inflasi grosir Jerman yang dipublikasikan pada Jumat (20/5/2022 menunjukkan lonjakan yang lebih tinggi dari perkiraan yang mengindikasikan harga-harga akan tetap tinggi dalam jangka pendek di masa depan.
Indeks harga produsen Jerman untuk April meningkat 2,8 persen untuk bulan tersebut, yang berarti pertumbuhan tahunan tetap tinggi sebesar 33,5 persen.
Di Australia, Partai Buruh mengakhiri pemerintahan konservatif hampir 10 tahun pada pemilihan umum akhir pekan.
Sementara itu Partai Buruh telah menjanjikan iklim, perumahan dan reformasi kesejahteraan sosial yang ditingkatkan, para analis tidak percaya bahwa perubahan dalam pemerintahan akan menimbulkan implikasi besar bagi perekonomian negara tersebut.
"Dalam pandangan kami, ada sedikit usulan dengan pemerintah yang akan datang selama kampanye pemilihan bahwa pada tahap ini mengharuskan kami untuk meninjau kembali perkiraan ekonomi kami," tulis ekonom CBA pada Senin.
"Dengan kata lain, prakiraan ekonomi dan seruan RBA (bank sentral Australia) kami tidak berubah meskipun ada perubahan kepemimpinan nasional."
Pada awal perdagangan Asia, dolar naik 0,04 persen terhadap yen menjadi 127,9. Masih jauh dari level tertinggi tahun ini 131,34 pada 9 Mei 2022.
Minyak mentah AS turun 0,04 persen menjadi diperdagangkan di 110,24 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent naik 0,23 persen menjadi diperdagangkan di 112,68 dolar AS per barel.
Sementara itu, kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi global telah mendorong dukungan baru untuk emas.
Baca juga: IHSG diprediksi menguat mengikuti kenaikan Wall Street
"Harga emas mengalami kenaikan mingguan pertama sejak pertengahan April karena permintaan safe haven didorong oleh kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi di tengah inflasi yang tinggi," kata analis ANZ dalam sebuah catatan penelitian pada Senin. "Dolar AS yang lebih lemah juga telah meningkatkan selera investor."
Baca juga: Saham Asia di tengah prospek suram
Emas spot terangkat 0,3 persen pada Senin pagi menjadi diperdagangkan di level 1.847,02 dolar AS per ounce.