Padang (ANTARA) - Sabtu pagi 27 Agustus 2022, sekitar 100 murid SDN 05 dan SDN 06 Padang Pasir, Kota Padang, Sumatera Barat, berkumpul di halaman sekolah mereka.
Hari itu mereka akan mengikuti simulasi gempa dan tsunami yang difasilitasi Tim Pengabdian Masyarakat tiga perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Negeri Padang, Universitas Andalas, dan Universitas Negeri Malang, Jawa Timur.
Awalnya, para siswa tampak tenang. Namun suasana berubah menjadi riuh saat para murid dibagikan helm dari bola yang dibuat sebagai pelindung kepala.
Simulasi dipimpin langsung oleh pakar gempa Unand Dr. Badrul Mustafa. Peneliti yang telah lama fokus bergerak pada kesiapsiagaan bencana itu pun memberikan sejumlah instruksi kepada para murid.
Melalui media pengeras suara ia menekankan kepada para murid bahwa jika terjadi gempa jangan panik karena jika seseorang panik akan kehilangan kecerdasan hingga 50 persen sehingga tidak bisa lagi berpikir rasional untuk menyelamatkan diri.
Kepada para siswa diinstruksikan jika ada gempa maka mereka harus segera berlindung di bawah meja sebagai antisipasi agar tidak tertimpa reruntuhan benda-benda keras dari atap.
Setelah itu para murid pun dipersiapkan berkumpul di halaman sekolah untuk bersiap menyelamatkan diri dari ancaman tsunami menuju tempat evakuasi sementara.
SDN 05 dan SDN 06 Padang Pasir berada di Kecamatan Padang Utara yang hanya berjarak 3 kilometer dari Pantai Padang sehingga masuk daerah zona merah tsunami.
Para murid kemudian dibagi per kelompok dan bersiap menuju tempat evakuasi sementara di escape building (bangunan untuk berlindung) yang berada di Kantor Gubernur Sumatera Barat.
Dari sekolah tersebut, kantor gubernur berjarak 600 meter dan jika ditempuh dengan berjalan cepat dapat ditempuh dalam waktu 8 sampai 10 menit.
Para siswa pun bersiap menuju tempat evakuasi sementara dengan berlari-lari kecil. Tiba di kompleks Perkantoran Gubernur Sumatera Barat mereka pun segera menuju lantai lima escape building yang memang dipersiapkan sebagai tempat evakuasi sementara.
Salah seorang murid SDN 05 Padang Pasir Raka merasa senang dengan simulasi yang dilakukan.
"Jadi pas ada gempa kita tidak perlu panik lagi, langsung berlindung ke bawah meja, kemudian keluar menuju tempat evakuasi," katanya.
Hampir 2 tahun berlalu sejak pandemi COVID-19 menerpa, salah satu aktivitas penting yang luput dilakukan warga di sepanjang pantai barat Sumatera Barat adalah simulasi gempa dan tsunami.
Sebagai daerah rawan gempa dan tsunami simulasi, simulasi penting dilakukan agar warga selalu ingat apa yang akan dilakukan seandainya bencana datang.
Ketua Riset Kolaborasi Indonesia Dr. Risda Amini menilai simulasi gempa dan tsunami merupakan upaya untuk mengingatkan kembali bahwa Kota Padang rawan gempa dan tsunami sehingga ketika bencana terjadi pelajar menjadi lebih siap.
Oleh sebab itu pihaknya menggagas kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk tersebut. Diharapkan melalui simulasi tersebut siswa betul-betul memahami langkah-langkah apa yang harus dilakukan saat gempa terjadi.
Apalagi Padang merupakan daerah rawan gempa dan jika pelajar memahami langkah penyelamatan maka bisa meminimalkan korban jiwa.
Para pelajar dinilai punya pemahaman yang baik dan tidak takut apalagi panik saat gempa terjadi bahkan bisa memberi tahu kepada keluarga.
Sementara Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Unand Yostrizal, Ph.D mengatakan kegiatan ini merupakan kolaborasi dari tiga perguruan tinggi.
Pihaknya fokus pada aspek simulasi gempa dan tsunami serta membuat pemetaan jalur evaluasi tercepat menuju tempat evakuasi sementara.
Setelah gempa akan banyak orang yang juga melakukan evakuasi sehingga perlu dihitung tingkat kepadatan pergerakan orang di jalan.
Oleh karena itu simulasi penyelamatan menjadi penting dilakukan secara rutin apalagi setelah 2 tahun pandemi sempat terhenti karena pelajar banyak yang mengikuti sekolah daring.
Sejalan dengan itu Kepala SDN 05 Padang Pasir Padang Suri Gustina menyambut baik dilaksanakannya simulasi ini.
Apalagi sekolah itu berada di daerah rawan dan murid selalu berganti dari tahun ke tahun.
Selama ini sekolah tersebut sudah membuat prosedur bila gempa terjadi, yaitu pelajar segera dilarikan ke tempat evakuasi sementara.
Dengan demikian para orang tua tidak perlu lagi khawatir dan mencari anaknya ke sekolah. Prosedur tersebut sudah menjadi kesepakatan bersama, para guru pun tak perlu khawatir dengan anaknya karena evakuasi menjadi tanggung jawab sekolah masing-masing.
Megathrust Mentawai
Usai gempa 30 September 2009, pakar gempa Sumatera Barat Badrul Mustafa terus mengingatkan warga Sumbar soal potensi gempa zona megathrust dari segmen Siberut yang masih belum mengeluarkan energi untuk dilepaskan hingga saat ini.
Pada 1797 pernah terjadi gempa besar bermagnitudo 8,9 dari segmen Siberut dan saat ini sudah memasuki periode ulang 200 tahun dengan potensi energi yang belum dilepaskan sebesar dua per tiga.
Pulau Sumatera dilalui tumbukan lempeng Indoaustralia dengan Eurasia, lalu lempeng Indoaustralia menunjam ke bawah dan akibat dorongan tersebut terakumulasi energi yang sangat dahsyat.
Di Kepulauan Mentawai ada dua segmen, yaitu Sipora-Pagai dan segmen Siberut.
Dari hasil penelitian LIPI diketahui ada periode ulang gempa besar dari kedua segmen tersebut yang diidentifikasi dari pola tumbuh dan matinya karang di sekitar pulau.
Untuk segmen Sipora-Pagai sudah terjadi pengulangan sebanyak empat kali yaitu 12 September 2007 dengan kekuatan 8,4, dan 13 September 2007 dengan skala 7,9 dan pada hari yang sama kembali terjadi dengan skala 7,2 dan 25 Oktober 2010 kembali terjadi dengan kekuatan 7,2.
Di segmen Siberut sudah pernah terjadi beberapa kali gempa yang cukup kuat, yaitu pada 10 April 2005 atau beberapa hari setelah gempa Nias dengan kekuatan 6,7.
Lalu 30 September 2009 juga terjadi gempa dengan kekuatan 7,9 yang merupakan bagian dari segmen Siberut.
Akan tetapi ini baru sepertiga energi yang dilepaskan dari segmen Siberut dan masih ada energi dua per tiga lagi sebagaimana pendapat ahli ITB Irwan Meilano.
Oleh sebab itu yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kewaspadaan melalui mitigasi gempa dengan mempersiapkan diri, agar jumlah korban dan kerusakan bangunan dapat diminimalkan.
Komunitas Siaga Tsunami
Guna meningkatkan kesiagaan masyarakat, Pemerintah Kota Padang bersama BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang serta pemangku kepentingan terkait membangun komunitas siaga tsunami sebagai upaya meningkatkan kesiagaan masyarakat menghadapi bencana
Sekretaris Daerah Kota Padang Andree Algamar menilai komunitas tersebut bertujuan menyiapkan masyarakat Kota Padang, agar cerdas menyikapi bencana gempa dan tsunami.
Baca juga: Artikel - Perubahan iklim dan bencana hidrologi
Pemkot Padang bersama pemangku kepentingan terkait selama ini sudah melakukan pengurangan risiko bencana gempa dan tsunami di kota ini.
Hal itu mulai dari melakukan mitigasi seperti membuat jalur evakuasi, pemasangan peringatan 'tsunami safe zone', serta menyiapkan shelter (persinggahan sementara), dan lainnya.
BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang menilai Komunitas Siaga Tsunami merupakan program peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami dengan berbasis pada 12 indikator yang telah ditetapkan UNESCO-IOC.
Masyarakat diharapkan senantiasa siap siaga dan tidak gagap serta panik dalam menghadapi ancaman gempa dan tsunami.
Butuh keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat untuk mempercepat terwujudnya komunitas siaga tsunami. Tidak hanya pemerintah, namun juga pihak swasta, akademisi, komunitas, termasuk media di dalamnya.
Predikat komunitas siaga tsunami akan tersemat apabila semua pihak terlibat dengan berkolaborasi dan bersinergi sehingga 12 indikator yang ditetapkan dapat dipenuhi dengan baik.
Ke-12 indikator itu telah dipetakan dan didesain seperti zona bahaya tsunami, jumlah orang berisiko di dalam zona bahaya tsunami dapat terestimasi, sumber-sumber ekonomi, infrastruktur, dan politik teridentifikasi, serta adanya peta evakuasi tsunami yang mudah dipahami.
Baca juga: Artikel - Memahami keunggulan rumah tahan gempa RISHA di Indonesia
Selain itu, informasi tsunami termasuk rambu-rambu ditampilkan di publik. Kemudian sosialisasi, kesadaran masyarakat dan edukasi tersedia serta terdistribusi. Sosialisasi atau kegiatan edukasi minimal diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun, begitu juga pelatihan bagi dan oleh komunitas tsunami diadakan minimal dua tahun sekali.
Indikator lainnya, yakni tersedianya sarana yang memadai dan andal untuk menerima peringatan dini tsunami dari otoritas yang berwenang selama 24 jam secara tepat waktu.
Kemudian tersedianya sarana yang memadai dan andal untuk menyebarkan peringatan tsunami resmi 24 jam kepada publik setempat secara tepat waktu.
Baca juga: Artikel - Mengenal teknologi mitigasi bencana karya Indonesia
Tidak ada yang tahu kapan gempa akan terjadi, bisa saja malam ini, besok, minggu depan, bulan depan, atau tahun depan dalam rentang 50 tahun mendatang.
Karena itu, yang bisa dilakukan adalah mempersiapkan diri dengan mitigasi yaitu prabencana, saat bencana atau tanggap darurat, hingga pascabencana.
Tentu saja persiapan paling utama adalah mitigasi prabencana. Salah satunya melalui simulasi gempa dan tsunami yang rutin dilakukan sebagai upaya mempersiapkan diri sebelum gempa terjadi agar korban jiwa bisa ditekan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menanamkan kesiagaan sejak dini melalui simulasi gempa
Artikel - Menanamkan kesiagaan dini melalui simulasi gempa
...Pada 1797 pernah terjadi gempa besar bermagnitudo 8,9 dari segmen Siberut dan saat ini sudah memasuki periode ulang 200 tahun dengan potensi energi yang belum dilepaskan sebesar dua per tiga