Kupang, NTT (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan (year on year/yoy) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada November 2025 sebesar 2,40 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,06.
“Inflasi NTT pada November 2025 tercatat 2,40 persen, meningkat dari 2,00 persen pada Oktober 2025,” kata Kepala BPS Provinsi NTT Matamira B. Kale di Kupang, Senin.
Ia menjelaskan inflasi tahunan tersebut terjadi karena kenaikan harga pada delapan dari sebelas kelompok pengeluaran.
"Kelompok makanan, minuman dan tembakau menjadi kelompok pengeluaran tertinggi sebesar 1,25 persen, diikuti kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 14,94 persen,” ujarnya.
Sementara itu, tiga kelompok yang mengalami penurunan indeks harga, yaitu perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (0,10 persen), informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,69 persen), serta rekreasi, olahraga, dan budaya (0,13 persen).
“Inflasi tertinggi terjadi di Kota Kupang sebesar 2,62 persen dengan IHK 108,35, sedangkan inflasi terendah terjadi di Maumere sebesar 1,31 persen dengan IHK 108,86,” kata Matamira.
Lebih lanjut, ia mengatakan secara bulanan NTT mengalami inflasi month to month (mtm) sebesar 0,58 persen pada November 2025, sementara inflasi year-to-date (ytd) sebesar 1,56 persen.
“Pada November 2025, terjadi inflasi bulanan di Waingapu, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Maumere dan Kota Kupang, sedangkan deflasi terjadi di Kabupaten Ngada,” katanya.
Adapun komoditas yang dominan menyumbang inflasi secara bulanan pada November 2025 antara lain angkutan udara (0,17 persen), emas perhiasan (0,06 persen), sawi hijau (0,05 persen), bawang merah (0,05 persen), dan daging ayam ras (0,03 persen).
“Kenaikan harga sawi hijau dan bawang merah akibat pasokan yang berkurang karena sudah melewati masa panen,” ujarnya.
Sementara komoditas penghambat inflasi, antara lain daun singkong (-0,02 persen), sawi putih (-0,02 persen), cabai rawit (-0,02 persen), cabai merah (-0,02 persen), dan bawang putih (-0,01 persen).