Kupang (AntaraNews NTT) - Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat pertumbuhan ekonomi provinsi setempat secara tahunan pada triwulan I 2018 sebesar 5,19 persen.
Kepala BPS Provinsi NTT Maritje Pattiwaellapia di Kupang, Senin (7/5), mengemukakan pemicu utama pertumbuhan ekonomi di provinsi berbasiskan kepulaian itu adalah akomodasi dan makanan yang tumbuh cukup tinggi sebesar 19,68 persen.
Diikuti pertumbuhan industri sebesar 10 persen dan pengadaan listrik tumbuh 9,54 persen.
Menurutnya, sektor akomodasi dan makanan tumbuh cukup tinggi, namun porsinya terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) hanya 0,77 persen.
BPS mencatat pertumbuhan PDRB triwulan I 2018 berdasarkan harga konstan mencapai sebesar Rp15,51 triliun, sementara berdasarkan harga berlaku mencapai Rp23,07 triliun.
"Sektor yang memberikan `share` terbesar terhadap PDRB yaitu pertanian sebesar 28,87 persen, namun tumbuhnya hanya 2,42 persen," katanya.
Baca juga: IHK NTT alami deflasi selama tiga bulan
Pemicu lainnya adalah fenomena beberapa daerah yang memasuki masa panen tanaman pangan seperti padi dan jagung di wilayah Manggarai, Ngada, Sumba, Rote Ndao, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka, dan Alor.
Selanjutnya, kata dia, sektor atau lapangan usaha administrasi pemerintah juga tumbuh sebesar 6,99 persen dengan porsi 12,88 persen.
Sementara, sektor transportasi tumbuh mencapai 8,89 persen dengan "share" terhadap PDRB sebesar lima persen.
"Sektor perdagangan dan konstruksi juga tumbuh cukup bagus, tapi kontribusi terhadap PDRB hanya 10-11 persen," katanya.
Ia mengatakan, hampir semua kategori ekonomi atau lapangan usaha secara tahunan (year on year) mengalami pertumbuhan yang positif.
Menurutnya, angka pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2018 cukup baik atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 5,08 persen.
Baca juga: IHK NTT alami deflasi selama tiga bulan
Maritje menambahkan, namun jika dilihat secara kuartalan (q to q) yakni triwulan I 2018 terhadap triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi atau minus 5,11 persen.
"Semua sektor mengalami penurunan dari triwulan IV ke triwulan I, kecuali sektor pertanian yang tumbuh positif 0,58 persen, tapi tidak mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi yang secara `q to q` minus 5,11 persen tersebut," katanya.
Kepala BPS Provinsi NTT Maritje Pattiwaellapia di Kupang, Senin (7/5), mengemukakan pemicu utama pertumbuhan ekonomi di provinsi berbasiskan kepulaian itu adalah akomodasi dan makanan yang tumbuh cukup tinggi sebesar 19,68 persen.
Diikuti pertumbuhan industri sebesar 10 persen dan pengadaan listrik tumbuh 9,54 persen.
Menurutnya, sektor akomodasi dan makanan tumbuh cukup tinggi, namun porsinya terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) hanya 0,77 persen.
BPS mencatat pertumbuhan PDRB triwulan I 2018 berdasarkan harga konstan mencapai sebesar Rp15,51 triliun, sementara berdasarkan harga berlaku mencapai Rp23,07 triliun.
"Sektor yang memberikan `share` terbesar terhadap PDRB yaitu pertanian sebesar 28,87 persen, namun tumbuhnya hanya 2,42 persen," katanya.
Baca juga: IHK NTT alami deflasi selama tiga bulan
Pemicu lainnya adalah fenomena beberapa daerah yang memasuki masa panen tanaman pangan seperti padi dan jagung di wilayah Manggarai, Ngada, Sumba, Rote Ndao, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka, dan Alor.
Selanjutnya, kata dia, sektor atau lapangan usaha administrasi pemerintah juga tumbuh sebesar 6,99 persen dengan porsi 12,88 persen.
Sementara, sektor transportasi tumbuh mencapai 8,89 persen dengan "share" terhadap PDRB sebesar lima persen.
"Sektor perdagangan dan konstruksi juga tumbuh cukup bagus, tapi kontribusi terhadap PDRB hanya 10-11 persen," katanya.
Ia mengatakan, hampir semua kategori ekonomi atau lapangan usaha secara tahunan (year on year) mengalami pertumbuhan yang positif.
Menurutnya, angka pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2018 cukup baik atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 5,08 persen.
Baca juga: IHK NTT alami deflasi selama tiga bulan
Maritje menambahkan, namun jika dilihat secara kuartalan (q to q) yakni triwulan I 2018 terhadap triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi atau minus 5,11 persen.
"Semua sektor mengalami penurunan dari triwulan IV ke triwulan I, kecuali sektor pertanian yang tumbuh positif 0,58 persen, tapi tidak mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi yang secara `q to q` minus 5,11 persen tersebut," katanya.