Sumba Barat Daya, NTT (AntaraNews NTT) - Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) di Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki banyak potensi untuk mengatasi kemiskinan antara lain dari bidang budaya, agama, sosial, politik dan ekonomi.
Potensi tersebut diungkap dari hasil kajian sosial budaya dan kependudukan yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten SBD dalam seminar yang berlangsung di kantor Bupati Sumba Barat Daya, Selasa (27/11).
Pendekatan penelitian secara kualitatif, analisa data deskriptif tematik, dengan responden para tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, OPD, Kepala Desa dan perangkat desa, nelayan, petani dan lain-lain.
Wakil Bupati SBD Ndara Tanggu Kaha ketika membuka seminar tersebut mengatakan SBD sebagai salah satu dari 22 kabupaten/kota dengan Indeksi Pembangunan Manusia (IMP) ketiga terendah di NTT setelah Kabupaten Malaka dan Sabu Rajua, karena angka kemiskinan absolutnya adalah 99.540 jiwa ( 2017).
Kondisi tersebut memberikan dampak negatif berantai yang pada akhirnya membuat kabupaten ini bersama dengan 49 kabupaten lain di Indonesia, masuk dalam kategori wilayah tertinggal yang mendapat prioritas untuk dientaskan (perpes 131/2015).
Dalam mengggapai impian untuk mengurangi kemiskinan, Pemkab SBD sudah melakukan delapan program strategis pembangunan, yaitu melaksanakan ekonomi berbasis pertanian, pembangunan infrastruktur, menciptakan lapangan pekerjaan pada sektor perindustrian, perdagangan, koperasi, UMKM dan membuka peluang investasi.
Baca juga: SBD minta Presiden tetapkan pakan satu harga
Selanjutnya, melaksanakan pembangunan SDM melalui pendidikan formal dan informal, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, melestarikan dan mengoptimalkan potensi alam serta seni budaya daerah sebagai obyek wisata daerah.
Program berikutnya adalah meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat, meningkatkan pelayanan publik dan kualitas sumber daya aparatur.
"Tetapi upaya tersebut saja belum cukup sehingga perlu menggandeng mitra strategis dan lembaga yang berkompeten untuk membantu mencari akar permasalahan secara ilmiah," kata wabup Tanggu Kaha.
Dalam seminar berjudul Kajian Sosial Budaya dan Kependudukan dalam Upaya Mengurangi Kemiskinan di Kabupaten SBD" yang dipaparkan oleh peneliti dari LIPI Dr Herry Yogaswara MA dengan pendamping Dr Makmuri MA.
Diungkapkan bahwa SBD rentan secara sosial dan ekonomi karena daerahnya yang kering, dan terjadi penyempitan lahan mata pencaharian pertanian dan peterakan, diikuti tingkat pertambahan penduduk yang tinggi sementara peningkatan kualitas SDM masih lambat.
Adat Marapu sebagai identitas masyarakat Sumba yang ditandai dengan aktivitas adat yang berbiaya tinggi juga menjadi faktor yang membuat masyarakat semakin rentan menghadapi kemiskinan.
Baca juga: Distan-petani cabai SBD teken MoU
Pada satu sisi adat Marapu mengikat kebersamaan masyarakat namun juga membatasi ruang kebebasan dan ruang ekonomi untuk berinventasi SDM dan pendapatan rumah tangga.
Perkembangan Sumba di luar sektor pertanian seperti pariwisata dan perikanan yang relatif pesat, belum banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat karena SDM yang lemah, padahal potensinya cukup tinggi.
Dalam seminar yang diikuti oleh OPD, LSM, dan undangan lainnya itu dihasilkan rekomendasi yaitu agar ada Perda tentang penyelenggaraan penyembelihan hewan korban pada upacara kematian, peningkatan kualitas pendidikan dan ketrampilan bagi penduduk untuk dapat memanfaatkan kesempatan kerja yang lebih baik bahkan hingga ke luar negeri.
Rekomendasi berikutnya adalah menempatkan para perempuan yang didorong untuk menjadi agen perubahan melalui kegiatan sosial, ekonomi dan kelembagaan.