Masyarakat Manggarai dukung proyek geothermal Ulumbu
Masyarakat kampung Mesir mendukung penuh terhadap kehadiran proyek geothermal PLTP di wilayah itu...
Kupang (ANTARA) - Masyarakat Satar Mese Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mendukung dilakukan proyek geohermal Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu berkapasitas 40 mega watt (MW).
"Masyarakat kampung Mesir mendukung penuh terhadap kehadiran proyek geothermal PLTP di wilayah itu," kata tokoh adat kampung Mesir, Desa Lungar, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai Vincen Goda seperti dalam keterangan tertulis Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Manggarai yang diterima di Kupang, Jumat, (24/2/2023).
Dukungan tersebut terungkap dalam forum 'Lonto Leok' yang telah dilaksanakan bersama masyarakat adat di Mesir, yang nantinya menjadi salah satu area lokasi proyek panas bumi ini.
Dukungan tersebut disampaikan saat pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) melaksanakan proses pengerjaan survei topografi akses jalan yang memiliki panjang 17 kilometer dimulai dari Desa Ponggeok sampai Desa Lungar, Kecamatan Satarmese.
Akses jalan ini merupakan satu kesatuan dari keseluruhan proses pembangunan sarana prasarana PLTP untuk mewujudkan transisi energi yang lebih ramah lingkungan di Kabupaten Manggarai.
"Dukungan dari masyarakat ini tentunya menjadi penting, mengingat seluruh proyek yang bersinggungan dengan keberadaan masyarakat adat, telah melalui proses sosialisasi dan konsultasi, baik secara formal maupun secara adat," kata Vincen Goda.
Dia mengatakan berbagai materi yang disampaikan para ahli saat sosialisasi beberapa bulan lalu, tentu berdasarkan penelitian yang matang.
Demikian halnya dengan keseriusan pemerintah melirik potensi panas bumi di Poco Leok, tentu tidak untuk merusak kawasan pegunungan Poco Leok dan masyarakat di dalamnya sehingga mendukung proyek ini secara penuh.
Menurut dia, jika proyek ini berjalan, maka akan ada lapangan kerja yang akan terbuka di Desa Ponggeok.
General Manager PT PLN (Persero) UIP Nusa Tenggara, Wahidin mengatakan upaya persiapan pembangunan telah dilaksanakan, salah satunya dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat adat pada beberapa desa di Kecamatan Satar Mese yaitu Desa Lungar, Desa Mocok, Desa Wewo dan Desa Golo Muntas melalui upacara adat yang disebut Tabe Gendang.
"Sosialisasi kepada kepada masyarakat di sekitar lokasi pembangunan itu, merupakan bagian dari tahapan prakonstruksi dan merupakan langkah awal yang sangat penting," kata Wahidin.
Pembangunan PLTP Ulumbu direncanakan memanfaatkan tujuh area pengeboran di antaranya lima area sumur produksi dan dua sumur reinjeksi.
Ia mengatakan pengembangan energi panas bumi PLTP Ulumbu dengan kapasitas 40 MW harus diwujudkan sehingga mampu menciptakan ketahanan energi melalui renewable energy secara mapan dan berkelanjutan.
"Langkah ini, sejalan dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan peran energi baru terbarukan (EBT) pada bauran energi nasional yang ditargetkan mencapai 23 persen pada tahun 2025," kata Wahidin.
Baca juga: PLN NTT: Pengelolaan panas bumi Ulumbu meraih penghargaan Subroto 2022
Baca juga: PLN Evakuasi Daya Listrik dari Ulumbu ke Labuan Bajo
"Masyarakat kampung Mesir mendukung penuh terhadap kehadiran proyek geothermal PLTP di wilayah itu," kata tokoh adat kampung Mesir, Desa Lungar, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai Vincen Goda seperti dalam keterangan tertulis Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Manggarai yang diterima di Kupang, Jumat, (24/2/2023).
Dukungan tersebut terungkap dalam forum 'Lonto Leok' yang telah dilaksanakan bersama masyarakat adat di Mesir, yang nantinya menjadi salah satu area lokasi proyek panas bumi ini.
Dukungan tersebut disampaikan saat pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) melaksanakan proses pengerjaan survei topografi akses jalan yang memiliki panjang 17 kilometer dimulai dari Desa Ponggeok sampai Desa Lungar, Kecamatan Satarmese.
Akses jalan ini merupakan satu kesatuan dari keseluruhan proses pembangunan sarana prasarana PLTP untuk mewujudkan transisi energi yang lebih ramah lingkungan di Kabupaten Manggarai.
"Dukungan dari masyarakat ini tentunya menjadi penting, mengingat seluruh proyek yang bersinggungan dengan keberadaan masyarakat adat, telah melalui proses sosialisasi dan konsultasi, baik secara formal maupun secara adat," kata Vincen Goda.
Dia mengatakan berbagai materi yang disampaikan para ahli saat sosialisasi beberapa bulan lalu, tentu berdasarkan penelitian yang matang.
Demikian halnya dengan keseriusan pemerintah melirik potensi panas bumi di Poco Leok, tentu tidak untuk merusak kawasan pegunungan Poco Leok dan masyarakat di dalamnya sehingga mendukung proyek ini secara penuh.
Menurut dia, jika proyek ini berjalan, maka akan ada lapangan kerja yang akan terbuka di Desa Ponggeok.
General Manager PT PLN (Persero) UIP Nusa Tenggara, Wahidin mengatakan upaya persiapan pembangunan telah dilaksanakan, salah satunya dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat adat pada beberapa desa di Kecamatan Satar Mese yaitu Desa Lungar, Desa Mocok, Desa Wewo dan Desa Golo Muntas melalui upacara adat yang disebut Tabe Gendang.
"Sosialisasi kepada kepada masyarakat di sekitar lokasi pembangunan itu, merupakan bagian dari tahapan prakonstruksi dan merupakan langkah awal yang sangat penting," kata Wahidin.
Pembangunan PLTP Ulumbu direncanakan memanfaatkan tujuh area pengeboran di antaranya lima area sumur produksi dan dua sumur reinjeksi.
Ia mengatakan pengembangan energi panas bumi PLTP Ulumbu dengan kapasitas 40 MW harus diwujudkan sehingga mampu menciptakan ketahanan energi melalui renewable energy secara mapan dan berkelanjutan.
"Langkah ini, sejalan dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan peran energi baru terbarukan (EBT) pada bauran energi nasional yang ditargetkan mencapai 23 persen pada tahun 2025," kata Wahidin.
Baca juga: PLN NTT: Pengelolaan panas bumi Ulumbu meraih penghargaan Subroto 2022
Baca juga: PLN Evakuasi Daya Listrik dari Ulumbu ke Labuan Bajo