Ini bukan ungkapan basa-basi. Jauh dari penilaian sebagai penghias bibir dalam sebuah dongeng untuk menghibur bocah atau cucu.
Jabal Rahmah bagi kalangan Muslim bukan sekadar cerita bahwa di bukit itu sebagai lokasi atau tempat bertemunya moyang manusia, Nabi Adam dan istrinya Siti Hawa.
Kedua insan ini, dari berbagai riwayat kitab "kuning", diturunkan Allah ke Bumi secara terpisah. Setelah berpisah ratusan tahun, lalu Allah mengabulkan ampunannya dan bertemu di Jabal Rahmah.
Bagi umat Islam yang sudah menunaikan ibadah haji, tahu bahwa Jabal Rahman memiliki "kekuatan" karena doa yang berkaitan perjodohan "dikabul Allah". Dengan sebutan lain, Jabal Rahmah adalah tempat mustajab. Segala doa yang berkaitan dengan urusan cinta dikabul Allah.
Keyakinan itu diungkap beberapa anggota jamaah umrah. Bagi yang pernah naik ke bukit tersebut dan berdoa, doanya dikabul.
Karena itu, pada Ramadhan ini, animo peziarah di Mekkah selalu menyempatkan diri untuk bertandang ke lokasi tersebut.
Berdoalah di tempat itu. Minta kepada Allah, jodoh yang terbaik. Bukan minta kepada Allah, si anu harus jadi jodohnya. Doa juga harus realistis. Bukan mengatur dan memaksa Allah.
Bagi orang tua, berdoa di lokasi itu adalah sesuatu yang dianjurkan. Disunahkan. Yakinlah Allah maha tahu dan pemurah.
Sesungguhnya, berdoa di lokasi itu tak harus melulu dikaitkan dengan meminta cepat mendapatkan pasangan. Bagi yang sudah mendapat pasangan pun dianjurkan agar dirinya yang sudah berumah tanggah dikokohkan bersama pasangannya yang sah. Berharap (anggota) keluarga dapat membina rumah tanggah yang sakinah, mawadah, warrahmah.
Jadi, lagi-lagi, tidak melulu berdoa mendapatkan pasangan terbaik tetapi menguatkan kehidupan rumah tangga dengan pasangannya agar berbahagia, sakinah, adalah suatu keharusan.
Pada Ramadan 1444 H, lokasi pelataran Jabal Rahmah sudah berubah. Lebih cantik, tak lagi nampak kotoran unta bertebaran di atas permukaan aspal atau tanah.
Untuk sementara, kawasan Jabal Rahmah ditutup. Otoritas setempat tengah menata kembali agar bukit bebatuan itu nyaman bagi pengunjung. Termasuk bagi para pendoa yang ingin melaksanakan shalat di atas bukit.
Jika diingat masa lalu, jamaah haji yang pernah berkunjung ke Jabar Ramah, Padang Arafah Mekkah, itu pasti ingat bawah kawasan bukit batu tersebut berkeliaran unta berhias bunga dan pemiliknya menawari pengunjung untuk naik dan berfoto.
Jalan menanjak ke bukit masih belum nyaman lantaran jika jamaah naik harus berhati-hati. Pasalnya, batu-batunya masih dibiarkan berserakan. Kini, Jabal Rahmah tampil bagai sosok yang ramah sesuai namanya.
Baca juga: Telaah - Memandang kerusuhan Sumgayit 1988
Sungguh, Jabal Rahmah bukan sekadar simbol pertemuan sepasang manusia pada permulaan di muka bumi ini. Bukit ini memiliki arti penting bagi urusan cinta, melampiaskan cinta manusia kepada Allah. Jabal Rahmah memang adalah kawasan elok.
Penulis pernah merasakan lewat Jabal Rahmah terbentang pemandangan luas luas. Kota Mekkah dengan jam besar nampak dari kejauhan di atas bukit ini.
Di padang pasir itu