KTT Ke-42 ASEAN dan berkah bagi masyarakat Labuan Bajo

id asean summit,ktt asean,asean,labuan bajo,manggarai barat,ntt,flores,umkm,transportasi,dampak ekonomi,warga lokal,jasa ma,Artikel labuan bajo Oleh Fransiska Mariana Nuka

KTT Ke-42 ASEAN dan berkah bagi masyarakat Labuan Bajo

Pameran UMKM di Gua Batu Cermin Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT yang menjadi "side event" KTT Ke-42 ASEAN, 8-14 Mei 2023. ANTARA/Fransiska Mariana Nuka

Selanjutnya, tugas pemerintah daerah adalah membenahi segala infrastruktur pendukung dan sumber daya manusia khususnya pada sektor pariwisata...
Labuan Bajo (ANTARA) - Tepat sepekan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, 10-11 Mei 2023, berlalu. Tak ada lagi kendaraan tempur TNI, pun personel gabungan yang memadati jalan-jalan dalam kota Labuan Bajo.

Pengalihan jalan di sepanjang jalur Soekarno-Hatta Marina Labuan Bajo tidak lagi berlaku dan aktivitas lalu lintas di traffic light kembali normal. Seketika, suasana riuh sejak awal Mei 2023, kini tak lagi terasa. Aktivitas Kota Labuan Bajo yang cukup terik, kini kembali normal.

Menilik kembali ke belakang, persiapan rangkaian KTT Ke-42 ASEAN telah dimulai beberapa bulan terakhir. Dimulai dari kedatangan Presiden Joko Widodo untuk meresmikan Jalan Golo Mori-Labuan Bajo KM 16 dan peninjauan MICE Golo Mori pada 14 Maret 2023, sampai kedatangan terakhir Presiden saat liburan Lebaran pada 22 April 2023. Menyusul setelah itu, para menteri juga berkunjung untuk melihat persiapan Labuan Bajo sebagai tuan rumah pertemuan para kepala negara ASEAN selama 2 hari.

Memasuki awal Mei 2023, kota Labuan Bajo yang tidak terlalu ramai, tiba-tiba serasa seperti Ibu Kota Jakarta. Jalanan yang sempit sering kali menjadi macet karena pengalihan jalur. Belum lagi bunyi pesawat yang masuk-keluar dari Bandar Udara Labuan Bajo yang letaknya berada di tengah kota. Aparat pengamanan, baik TNI, Polri, maupun Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Manggarai Barat yang ada di setiap sudut jalan, menjadi pemandangan yang biasa. Labuan Bajo, kala itu, menjadi kota yang hidup 24 jam.

Penetapan Labuan Bajo sebagai tuan rumah suatu kegiatan internasional telah mengubah sejenak aktivitas ekonomi masyarakat di kota kecil ini. Kurangnya akomodasi untuk 3.000-an tamu justru membawa berkah karena malah menjadikan rumah-rumah warga sebagai tempat menginap.

Jasa layanan makanan pun menerima banyak pesanan. Belum lagi penggunaan mobil-mobil untuk kelancaran transportasi selama kegiatan. Tiga sektor ini: akomodasi, layanan makanan, dan transportasi telah menjadi sektor paling "sibuk" dari perhelatan akbar internasional ini.

Akomodasi