Artikel - Merebut hati pemilih muda di Pemilu 2024

id pemilih muda,pemilih pemula,pemilu 2024,artikel politik Oleh Abdul Hakim

Artikel - Merebut hati pemilih muda di Pemilu 2024

Pelajar menunjukkan pin Pemilu 2024 saat mengikuti kegiatan sosialisasi oleh KPU Kabupaten Badung di Badung, Bali, Senin (14/8/2023). Kegiatan itu dilakukan untuk memberikan pemahaman dan informasi kepada pelajar sebagai pemilih pemula sehingga mereka dapat menggunakan hak pilihnya pada Pemilu tahun 2024. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/Spt.)

...Jika berkaca pada Pemilu 2019, jumlah pemilih muda sudah mencapai 70 juta - 80 juta jiwa dari 193 juta pemilih. Ini artinya 35-40 persen pemilih muda sudah mempunyai kekuatan dan memiliki pengaruh besar terhadap hasil pemilu
Surabaya (ANTARA) - Pemilih muda atau pemilih pemula menjadi pembicaraan hangat di kalangan para pengurus partai, politikus dan tokoh masyarakat yang akan menjadi peserta Pemilihan Umum (Pemilu) yang digelar pada 14 Februari 2024.

Pemilih muda ini memiliki pengaruh penting dalam Pemilu 2024 karena menjadi kelompok pemilih dengan proporsi terbesar.

Jika berkaca pada Pemilu 2019, jumlah pemilih muda sudah mencapai 70 juta - 80 juta jiwa dari 193 juta pemilih. Ini artinya 35-40 persen pemilih muda sudah mempunyai kekuatan dan memiliki pengaruh besar terhadap hasil pemilu.

Sedangkan pada Pemilu 2024 didominasi pemilih muda berusia 17-40 tahun. Jumlah pemilih muda sekitar 107 juta orang atau 53-55 persen dari total jumlah pemilih sebanyak 204,8 juta. Jadi hampir lebih dari setengah lebih total pemilih pada Pemilu 2024 adalah pemilih pemula.

Angka yang fantastis itu merupakan pasar (market) politik yang besar bagi pemburu kursi kekuasaan. Maka wajar saja jika peserta pemilu baik itu calon anggota legislatif (caleg) atau calon eksekutif gencar tebar pesona ke pemilih muda.

Segala upaya dan strategi dikeluarkan demi mengeruk lebih dari setengah total pemilih ini. Personal branding akan dilakukan dengan menampilkan sosok yang dekat dengan kalangan muda ini.

Memoles diri dan mencitrakan diri sebagai tokoh muda atau tokoh yang peduli anak muda baik secara tampilan ataupun melalui komunikasi yang bergaya anak muda pun akan dilakukan demi menarik ceruk pemilih muda ini.

Meski demikian, hampir sebagian besar kelompok pemilih ini tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang informasi politik yang mencakup kandidat, partai politik, maupun hal-hal teknis terkait penyelenggaraan pemilu secara keseluruhan.

Hal ini membuat mereka rentan akan terpaan informasi politik yang berlimpah dari berbagai sumber. Ini kemungkinan besar akan membuat mereka kewalahan dalam menyaring informasi.

Tentunya harus ada kontrol agar para pemilih pemula tidak kewalahan dan dapat memilah-milah informasi, serta terhindar dari dampak buruk disinformasi.

Ini patut diwaspadai utamanya bagi para pemilih muda, yang umumnya termasuk dalam kategori pemilih yang mudah berubah-ubah pilihannya dan masih ragu dalam menentukan pilihan.


Pendidikan politik