Artikel - Merebut hati pemilih muda di Pemilu 2024

id pemilih muda,pemilih pemula,pemilu 2024,artikel politik Oleh Abdul Hakim

Artikel - Merebut hati pemilih muda di Pemilu 2024

Pelajar menunjukkan pin Pemilu 2024 saat mengikuti kegiatan sosialisasi oleh KPU Kabupaten Badung di Badung, Bali, Senin (14/8/2023). Kegiatan itu dilakukan untuk memberikan pemahaman dan informasi kepada pelajar sebagai pemilih pemula sehingga mereka dapat menggunakan hak pilihnya pada Pemilu tahun 2024. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/Spt.)

...Jika berkaca pada Pemilu 2019, jumlah pemilih muda sudah mencapai 70 juta - 80 juta jiwa dari 193 juta pemilih. Ini artinya 35-40 persen pemilih muda sudah mempunyai kekuatan dan memiliki pengaruh besar terhadap hasil pemilu
Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJI) tingkat penetrasi internet di Indonesia sebesar 78,19 persen dari jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2023 yang berjumlah 275,77 juta jiwa.

Sekitar 215,63 juta penduduk Indonesia yang menggunakan internet, jumlah ini meningkat sebanyak 5 juta jiwa atau sekitar 1,17 persen dari total pengguna pada tahun 2022.

Pada 2023, total pengguna internet di Indonesia terdapat 167 juta jiwa yang merupakan pengguna media sosial dan 79.5 persen di antaranya merupakan anak muda. Jika dirinci lagi sekitar 36.7 persen merupakan pengguna muda yang berjenis kelamin perempuan dan 42.6 persen yang berjenis kelamin laki-laki.

Sedangkan aplikasi media sosial (medsos) yang paling disukai adalah Whatsapp, Instagram, Facebook, Tiktok dan Twitter. Untuk mencari informasi, berdasarkan data dari Google, saat ini Gen Z lebih memilik TikTok untuk mendapatkan informasi yang mereka perlukan.

Medsos yang menggunakan saluran internet memberikan pengaruh signifikan pada partisipasi politik pemilih pemula. Dijelaskan juga bahwa pemilih pemula lebih suka menikmati konten politik secara santai.

Maka tidak heran jika saat ini para kandidat sering membuat konten di medsos untuk mengenalkan diri dan kegiatan mereka sehari-hari. Tebar pesona dilakukan dengan membangun citra positif di medsos agar bisa menarik pemilih muda pada gelaran pesta demokrasi tahun depan.

Berkaca dari kontestasi politik periode sebelumnya, medsos memiliki dampak besar untuk menggiring opini publik. Selain sebagai media penyebaran informasi, medsos juga menjadi salah satu alat untuk mobilisasi pemilih, kampanye dan ruang diskusi.

Menurut Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Khoirunnisa Nur Agustyati, pemilih muda ini erat hubungannya dengan medsos, yang menjadi salah satu sarana distribusi informasi mengenai pemilu hingga kampanye.

Namun belum ada mitigasi risiko-risiko di medsos, seperti disinformasi dan transparansi sehingga dibutuhkan penanganan terkait penangkalan disinformasi.

Perilaku pemilih tersebut juga berlaku di daerah-daerah. Salah satunya di Kota Surabaya, Jawa Timur. Berdasarkan hasil riset Surabaya Survey Center (SSC) tentang kecenderungan perilaku pemilih menjelang Pemilu 2024, yang dilakukan terhadap warga Surabaya, mengungkapkan, mayoritas warga setempat mendapatkan informasi Pemilu 2024 melalui medsos.

Sebanyak 35,2 persen menjadikan medsos sebagai sumber informasi terkait Pemilu, diikuti televisi sebanyak 30,1 persen, dari mulut ke mulut sebanyak 12,5 persen, media luar ruang 10,2 persen. Sisanya ada media cetak 3,8 persen, pemerintah atau KPU 2 persen, radio 1,3 persen, serta sosialisasi partai atau Caleg hanya 0,9 persen, dan sisanya 4 persen menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.

Temuan riset ini penting bagi pemerintah sebagai masukan untuk selanjutnya secara strategis dapat mendistribusikan sumber-sumber informasi terkait Pemilu ke masyarakat, dapat lebih intensif dan kreatif memaksimalkan medsos. Hal tersebut juga sekaligus dapat lebih menjangkau kalangan milenial yang mayoritas adalah pengguna medsos aktif dalam keseharian.

Meski demikian, sejumlah caleg masih menggunakan cara konvensional dengan memasang alat peraga berupa poster dan baliho untuk kampanye. Bagi mereka, ongkos untuk membuat alat peraga selisihnya tidak jauh dengan biaya medsos. Sebab, di medsos dibutuhkan konten-konten yang bagus agar calon pemilih tertarik. Konten kalau bagus pasti biayanya makin mahal.

Tidak hanya itu, para caleg juga tetap melakukan sosialisasi dengan bertemu warga. Kadang ada juga caleg membagi-bagikan sembako gratis atau uang. Namun ada juga caleg memiliki gelar bazar sembako murah ketimbang membagikan uang secara cuma-cuma.

Baca juga: Artikel - Mengenali caleg berkualitas agar tak salah pilih

Di sisi lain, pemerintah juga harus mampu mengontrol dan mengawasi arus informasi yang ada di medsos, menerapkan regulasi yang matang dan pengawasan serta penegakan hukum yang tegas dalam membasmi disinformasi di tengah masyarakat.

Baca juga: Artikel - Suara NU dan "Politik" NU pada Pemilu 2024

Dengan demikian, pemilih pemula merupakan market politik yang fantastis sehingga perlu digarap dengan serius oleh peserta politik. Pemilih pemula yang kebanyakan anak muda adalah generasi yang melek teknologi mereka memiliki kebiasaan menggunakan medsos dalam kehidupan sehari-hari, termasuk mencari informasi. Salam demokrasi.
 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Merebut hati pemilih muda di Pemilu 2024