Artikel - Cerita anak penjahit penerima KIP lulus dengan IPK nyaris sempurna

id anak penjahit,IPK nyaris sempurna,mahasiswi Unej,cerita inspiratif,artikel,profile,profil Oleh Zumrotun Solichah

Artikel - Cerita anak penjahit penerima KIP lulus dengan IPK nyaris sempurna

Mahasiswi Program Studi Pendidikan Luar Biasa (PLS) FKIP Unej Dhea Arviana Wijayanti saat wisuda. ANTARA/HO-Humas Unej

...Saya bertekad bulat menuju Jember untuk daftar ulang, padahal uang pemberian orang tua hanya tersisa Rp400 ribu di dompet, ujarnya mengenang awal mula tiba di Kampus Tegalboto Unej
Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Senyum merekah dan wajah berseri terlihat dari raut muka Dhea Arviana Wijayanti saat pembawa acara wisuda mengumumkan namanya sebagai peraih indeks prestasi kumulatif (IPK) tertinggi di jenjang sarjana di Universitas Jember (Unej), Jawa Timur.

Saat namanya dipanggil, mahasiswi Program Studi Pendidikan Luar Biasa (PLS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) itu seakan tidak percaya dan sontak segenap hadirin wisuda yang hadir di Gedung Auditorium Unej bertepuk tangan memberikan apresiasi yang tinggi.

Unej menggelar wisuda yang dihadiri oleh 750 lulusan Periode VII Tahun Akademik 2023/2024 di gedung auditorium kampus setempat pada pekan pertama Januari lalu.

Mahasiswi yang akrab disapa Dhea itu meraih IPK nyaris sempurna, yakni 3,99 dan lebih istimewa lagi, mahasiswi berhijab itu adalah penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K) karena ia berasal dari keluarga kurang mampu.

Dengan wajah bahagia, gadis asal Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, itu bersyukur bisa menyelesaikan kuliah di FKIP Universitas Jember dengan beasiswa KIP-K. Karena, tanpa bantuan pendanaan beasiswa itu maka mustahil bisa meraih gelar sarjana pendidikan.

Orang tuanya hanya seorang penjahit yang penghasilannya pas-pasan sehingga Dhea ingat betul saat meminta izin ingin kuliah kepada orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, itu seakan tidak mungkin bisa terwujud.

Akhirnya memang benar, dengan berat hati orang tuanya, pasangan Wiharjo dan Eni Lestari, menyampaikan tidak punya uang untuk membiayai anak terakhirnya itu untuk kuliah.

Orang tuanya mengizinkan Dhea untuk meneruskan ke perguruan tinggi asal bisa membiayai sendiri studinya. Saat itu yang terlintas dalam benaknya adalah bagaimana cara memperoleh beasiswa pendidikan untuk mewujudkan cita-citanya tersebut.

Beruntung ada program KIP-K bagi siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu sehingga lulusan SMKN 1 Slawi itu mendaftarkan diri dan bertekad untuk lebih tekun belajar agar bisa meraih mimpinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi negeri (PTN).

Kabar baik yang ditunggu pun tiba. Ia dinyatakan lulus Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019 dengan pilihannya Program Studi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) FKIP Universitas Jember.

Pilihan anak bungsu dari empat bersaudara itu untuk kuliah di Kabupaten Jember, Jawa Timur, sempat membuat orang tuanya terperanjat karena selain jarak yang cukup jauh, mereka pun tak punya sanak saudara di kota yang terletak di timur Pulau Jawa tersebut.

Semenjak pertama melihat daftar perguruan tinggi negeri, Dhea memang sudah mantap memilih Program Studi PLS di FKIP Unej yang awalnya ia tidak tahu apa itu Program Studi PLS. Namun setelah ia mencari informasi karena timbul rasa penasaran, akhirnya menjadi cinta dengan program tersebut.

"Saya bertekad bulat menuju Jember untuk daftar ulang, padahal uang pemberian orang tua hanya tersisa Rp400 ribu di dompet," ujarnya mengenang awal mula tiba di Kampus Tegalboto Unej.

Uang kuliah tunggal (UKT) untuk program studi yang ditempuh nya masuk di golongan 4 dengan besaran sekitar Rp4 juta per semester, sedangkan beasiswa KIP yang diterimanya sebesar Rp700 ribu per semester sehingga harus mencari biaya tambahan untuk membayar UKT dan biaya hidupnya.

Tidak mudah memang perjalanan Dhea dalam mewujudkan impiannya menjadi sarjana sehingga ia harus mengatur betul keuangannya dan bekerja paruh waktu agar bisa hidup di perantauan.

Selama kuliah, ia mengaku sebenarnya tidak ada yang istimewa dalam proses belajarnya dan hampir sama dengan mahasiswi lainnya, namun ketika belajar memang harus tekun dan rajin, serta cinta terhadap ilmu yang dipelajari.

Ternyata rasa cinta itu pula yang membuat Dhea berprestasi sehingga memperoleh IPK nyaris sempurna. Menurutnya tidak ada yang istimewa dalam pola belajarnya, semua mengalir begitu saja dan menjalani setiap tahapan perkuliahan dengan enjoy karena memang cinta dengan Program Studi PLS.

Bahkan Dhea sudah mempraktikkan ilmu yang didapat di bangku kuliah tanpa harus menunggu diwisuda. Ilmu dan praktik yang dipelajari selama kuliah di Program Studi PLS bak pohon kelapa yang semua bagiannya bermanfaat dari akar, batang, hingga buahnya.

Ia merasa sudah memiliki bekal yang bisa dimanfaatkan di mana saja dan kapan saja karena Program Studi PLS memang dirancang untuk memberikan mahasiswa agar mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang bisa segera dipraktikkan.

Saat duduk di bangku kuliah, Dhea menjadi pengajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau PKBM Lintas Menuju Cerdas di Glenmore Kabupaten Banyuwangi, bahkan berlanjut hingga kini.

Bahkan ia juga mencari penghasilan tambahan dengan menjadi desainer grafis dan konten kreator untuk menambah uang saku sehingga tak lagi membebani orang tuanya di Slawi, ratusan kilometer dari Jember.

Dhea berpesan kepada semua pelajar dari kalangan tak mampu yang memiliki keinginan kuliah di perguruan tinggi agar tidak putus asa karena di mana ada niat dan usaha maka akan ada jalan. Hal itu sudah dibuktikan sendiri hingga meraih IPK nyaris sempurna di Unej.


PTN penerima KIP kuliah terbanyak