Artikel - Pencak silat dan harapan baru olahraga NTT di level nasional
...Anak-anak sudah berusaha sangat keras, ujar Bobby
Pelatih tim pencak silat NTT Bobby Boymau sulit menggambarkan perasaan hati yang bercampur aduk setelah menyaksikan anak asuhnya berjuang keras, bahkan berdarah-darah, di atas gelanggang hingga mempersembahkan emas.
Perjuangan keras itu setidaknya tergambar dari aksi para atlet yang nyaris dilanda cedera serius saat bertanding. Seperti dalam laga yang dilakoni Antonius misalnya, ia sempat menjerit kesakitan ketika mendapat pukulan dari lawan di bagian lehernya. Ia tergeletak sambil memegang lehernya hingga laga harus dihentikan beberapa waktu untuk mendapatkan penanganan dari tenaga medis.
Demikian pula Zaki dan Andini yang harus tampak kelelahan di penghujung laga namun tetap harus bertahan dan menyerang lawan agar tidak tertinggal poin sebelum bel tanda pertandingan selesai dibunyikan.
"Anak-anak sudah berusaha sangat keras," ujar Bobby.
Ia mengakui persaingan meraih juara pada PON kali ini sangat ketat. Bahkan dua atlet andalan yang sebelumnya ditargetkan meraih emas, harus kandas di peringkat ketiga untuk meraih perunggu.
Anak asuhnya harus bekerja sangat keras di setiap laga hingga akhirnya tiga orang mampu tembus ke partai final dan meraih emas.
Kerja keras para atlet tidak hanya saat melakoni pertandingan sesungguhnya di arena. Selama proses persiapan, mereka harus menjalani latihan intensif dengan kondisi fasilitas pendukung yang terbatas.
Dalam keterbatasan itu, Bobby terus membakar semangat para atlet untuk membangun mental kerja keras dan pantang menyerah. Mental seperti itu menjadi amunisi yang mujarab untuk menumbangkan lawan hingga laga terakhir.
Bobby mengakui prestasi yang diraih tidak semata-mata karena kerja keras para atlet namun juga karena campur tangan banyak pihak seperti orang tua dan sanak keluarga atlet Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) NTT serta pemerintah daerah.
Oleh karena itu, ia pun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan doa terbaik bagi pencak silat NTT kini bisa semakin percaya diri bersaing di level nasional.
Harapan baru
Perjuangan keras itu setidaknya tergambar dari aksi para atlet yang nyaris dilanda cedera serius saat bertanding. Seperti dalam laga yang dilakoni Antonius misalnya, ia sempat menjerit kesakitan ketika mendapat pukulan dari lawan di bagian lehernya. Ia tergeletak sambil memegang lehernya hingga laga harus dihentikan beberapa waktu untuk mendapatkan penanganan dari tenaga medis.
Demikian pula Zaki dan Andini yang harus tampak kelelahan di penghujung laga namun tetap harus bertahan dan menyerang lawan agar tidak tertinggal poin sebelum bel tanda pertandingan selesai dibunyikan.
"Anak-anak sudah berusaha sangat keras," ujar Bobby.
Ia mengakui persaingan meraih juara pada PON kali ini sangat ketat. Bahkan dua atlet andalan yang sebelumnya ditargetkan meraih emas, harus kandas di peringkat ketiga untuk meraih perunggu.
Anak asuhnya harus bekerja sangat keras di setiap laga hingga akhirnya tiga orang mampu tembus ke partai final dan meraih emas.
Kerja keras para atlet tidak hanya saat melakoni pertandingan sesungguhnya di arena. Selama proses persiapan, mereka harus menjalani latihan intensif dengan kondisi fasilitas pendukung yang terbatas.
Dalam keterbatasan itu, Bobby terus membakar semangat para atlet untuk membangun mental kerja keras dan pantang menyerah. Mental seperti itu menjadi amunisi yang mujarab untuk menumbangkan lawan hingga laga terakhir.
Bobby mengakui prestasi yang diraih tidak semata-mata karena kerja keras para atlet namun juga karena campur tangan banyak pihak seperti orang tua dan sanak keluarga atlet Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) NTT serta pemerintah daerah.
Oleh karena itu, ia pun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan doa terbaik bagi pencak silat NTT kini bisa semakin percaya diri bersaing di level nasional.
Harapan baru