Pada hari pelantikan Prabowo-Gibran itu, di lokasi berbeda, Imam Syafii, pekerja migran Indonesia asal Jember kepada ANTARA mengatakan belum terlalu lama bersama dengan rekan-rekan lainnya membantu sesama warga negara Indonesia (WNI) yang mengalami kesusahan serupa.
Mereka membantu memulangkan pekerja migran Indonesia yang sakit parah, terkena penyakit gula hingga luka di bagian badannya sulit sembuh.
Ia dan rekan-rekannya patungan dan membantu mengurus surat dan dokumen yang diperlukan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur, Departemen Imigrasi Malaysia (JIM), dan membelikan tiket pulang ke tanah air.
Imam yang sudah bekerja di Malaysia sejak 2004 itu mengatakan untuk pekerja migran Indonesia yang rentan, mereka yang lansia, yang sakit, biasanya akan lebih diprioritaskan pengurusan dokumennya oleh KBRI. Dirinya sangat mengapresiasi pelayanan kantor perwakilan RI di Malaysia yang semakin baik.
Ia juga mengatakan pernah membantu perempuan pekerja migran asal Indonesia yang melewati masa persalinan seorang diri di Malaysia.
Menurut Imam, perempuan pekerja migran asal Indonesia itu ditinggalkan oleh pasangannya yang merupakan warga Banglades pulang ke negaranya, akhirnya kini harus mengurus dan menafkahi sendiri bayinya.
Kasus seperti itu cukup banyak menimpa pekerja migran perempuan Indonesia di Malaysia. Pada akhirnya perempuan menjadi pihak yang paling rentan dan dirugikan.
Kondisinya akan menjadi semakin rumit manakala mereka berada di negara lain tanpa dokumen keimigrasian dan izin tinggal yang lengkap, atau yang biasa mereka sebut “kosongan”.
Harapan pada Kabinet Merah Putih
Artikel - Asa pekerja migran RI di Malaysia dari Kabinet Merah Putih
...mewakili pekerja migran Indonesia di Malaysia, mereka berharap dipermudah dalam mengurus semua keperluan perizinan kerja sehingga mereka dapat bekerja lebih tenang